Penderita Hipertensi Tak Melulu Dewasa dan Lanjut Usia

- Sabtu, 4 Januari 2020 | 12:46 WIB
DARAH TINGGI: Hipertensi atau darah tinggi memaksa jantung memompa darah. Walhasil, ada potensi gangguan kronis yang bakal dialami seperti pada jantung, ginjal, atau strok. (IRISHTIMES.COM)
DARAH TINGGI: Hipertensi atau darah tinggi memaksa jantung memompa darah. Walhasil, ada potensi gangguan kronis yang bakal dialami seperti pada jantung, ginjal, atau strok. (IRISHTIMES.COM)

BIASANYA penderita hipertensi berasal dari usia dewasa atau lanjut. Namun, tidak menutup kemungkinan jika usia produktif mengalaminya. Pada dasarnya, tekanan darah bisa dikatakan normal apabila berada di angka yang tak terlalu rendah atau tinggi. Biasanya, orang normal berada di angka 120/80 mmHg. Ketika hipertensi terjadi, jantung bakal dipaksa memompa darah dengan kondisi lebih keras. Sehingga bisa memunculkan gangguan kronis lain seperti gangguan jantung, ginjal, atau strok.

Menurut dr Carta A Gunawan SpPD, angka kasus hipertensi pun semakin meningkat tiap tahunnya. Sebab itu, sepanjang 2019 penyakit ini cukup sering ditemukan. Penderita hipertensi diprediksi semakin membeludak pada 2020. Sama seperti diabetes yang sudah dibahas sebelumnya. Usia muda sekitar 30 tahun pun mulai mengalami hipertensi.

Dulu mungkin orang awam berpikir jika hipertensi hanyalah penyakit yang diderita usia lanjut. Namun dewasa ini pemikiran tersebut harus ditepis. Seiring dengan perubahan yang terjadi dan diikuti pola hidup yang cenderung kurang baik, hipertensi bisa menghampiri usia muda.

“Contohnya saja dalam hal makanan. Orang dulu mungkin makanannya tidak macam-macam seperti sekarang. Jadi pas muda tidak gampang sakit. Sekarang, terlalu banyak diam, enggak mau olahraga, makanan juga enggak dijaga, semuanya gampang terjangkit,” ungkap Carta ditemui di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra.

Dihimpun dari beberapa sumber, diperkirakan jika angka kasus hipertensi bakal melonjak tajam sampai 29 persen pada 2025. Bagi penderita usia muda, penyebab terjadinya hipertensi terbagi jadi dua. Primer dan sekunder. Maksudnya, primer berarti cenderung dipengaruhi gaya hidup tidak sehat seperti kebiasan merokok, mengonsumsi alkohol, bahkan stres dan kesulitan mengatur waktu di tengah-tengah rutinitas. Sedangkan sekunder, berarti ada gangguan lain di dalam tubuh seperti masalah fungsi tiroid.

“Sekali lagi saya tegaskan, pola hidup sehat harus dimulai sejak muda. Mulai olahraga teratur, kurangi kafein atau minuman keras, kurangi garam, pastikan berat tubuh ideal. Sebab, banyak orang baru sadar untuk melakukan diet pada saat usianya sudah tidak muda lagi. Hal itu bakal kurang efektif,” sambung Carta.

Gejala hipertensi antara lain sakit kepala, lemas, sesak napas, terdapat darah dalam urine, dan nyeri dada. Terkait pasien, Carta terus memberi edukasi. Kemudian, pasien yang bakal memutuskan bakal menjalani pola hidup dan pengobatan seperti apa. “Soal obat, tentunya ada sedikit perbedaan antar-individu. Namun, tujuan umumnya demi mengontrol gula dan tekanan tadi supaya enggak timbul komplikasi. Jangan hanya mengandalkan obat. Tetap percuma kalau gaya hidupnya masih enggak berubah,” tutupnya. (*/ysm*/rdm2/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X