GMC Bikin Langit Balikpapan Redup

- Jumat, 27 Desember 2019 | 12:40 WIB

BALIKPAPAN – Munculnya fenomena gerhana matahari cincin (GMC) juga bisa dinikmati di Balikpapan kemarin (26/12). Meski tingkat bulatan pertemuan antara bulan dan matahari hanya mencapai 84 persen, warga tetap bisa menikmati puncak momen GMC yang terjadi sekitar pukul 14.00 Wita.

Ketika GMC terjadi, kondisi cuaca cukup cerah berawan. Namun saat fase cincin mulai terbentuk, kecerahan langit Kota Minyak mulai meredup dan gelap ibarat senja. Tapi tidak gelap sepenuhnya karena cahaya terang dari matahari masih menyilaukan. Sayangnya GMC di Balikpapan belum bisa terlihat dengan baik, terutama jika hanya berbekal mata telanjang.

Apalagi ada obstacle, yakni awan-awan yang menutupi penampakan GMC tersebut. Penampakan GMC juga bergantung dari kondisi cuaca dan tidak ada obstacle seperti awan yang menutupi bagian matahari. Sebagai informasi, GMC merupakan peristiwa terhalangnya hampir semua bagian tengah piringan matahari oleh piringan bulan.

Sehingga saat puncak gerhana, matahari yang terlihat dari bumi akan tampak seperti cincin. Staf Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan Firmansyah menjelaskan, GMC tidak membuat bulatan sepenuhnya tertutup antara bulan dan matahari. Pembentukan GMC terjadi akibat bulan yang melintasi orbit matahari.

Proses terjadinya GMC yang tercatat selama 84 menit.

Dia menuturkan, bulan memiliki ukuran 400 kali lebih kecil dari matahari. Namun tetap bisa menutupi matahari. Sebab saat GMC terjadi, jarak antara bulan ke bumi 400 kali lebih dekat dari matahari. “Jadi posisi keduanya bisa sama orbit berbentuk elips, tapi bulatannya tidak persis sama dan membuat tidak tertutup sepenuhnya. Muncul bentuk cincin,” ucapnya.

Misalnya tingkat kebulatan di Balikpapan mencapai 84 persen, maka yang tampak seperti cincin tersisa 16 persen. “Bulan menutupi matahari, posisi bulan berada di antara bumi dan matahari. Tidak terlihat gelap, tapi masih ada cahaya,” sebutnya.

Adapun gerhana terjadi melalui lima fase. Awalnya kontak pertama saat piringan matahari mulai tertutupi bulan pertanda gerhana mulai. Kontak kedua, saat piringan matahari mulai tertutup seluruh piringan bulan yang menunjukkan fase cincin mulai. Setelah itu puncak gerhana terjadi saat piringan matahari tergerhanai paling maksimum.

Tak lama kemudian, kontak ketiga saat piringan matahari terakhir kali tertutup oleh seluruh piringan bulan yang menjadi tanda fase cincin berakhir. Terakhir kontak keempat, saat piringan cincin matahari terakhir lalu tertutup bulan alias gerhana berakhir. Adapun setiap kali fenomena gerhana terjadi, ada tiga bayangan yang bisa muncul.

Dalam kejadian GMC, bayangan yang muncul adalah antumbra. Sebuah bayangan perpanjangan umbra. Sedangkan umbra merupakan bayangan inti dan daerah paling gelap di bumi. Bayangan ini terbentuk saat terjadi gerhana matahari total.

Sementara saat GMC, bayangan umbra itu tidak sampai ke bumi hanya perpanjangannya, yaitu antumbra yang sampai ke bumi. Serta ada pula penumbra, bayangan kabur di sekitar bayangan inti. Wilayah yang terkena penumbra hanya gerhana matahari sebagian yang akan teramati.

Dalam fenomena GMC kali ini, pihaknya tidak melakukan observasi khusus karena tidak ada alat seperti teropong. Biasanya alat itu didatangkan dari BMKG pusat. Walau tidak memiliki alat khusus, BMKG Balikpapan tetap menjalankan pengamatan gerhana karena sudah sesuai tugasnya.

“Kami tetap melakukan pengamatan namun hanya secara manual. Artinya melihat secara langsung dengan mata saja,” ucapnya. Kondisi akan berbeda pada daerah yang potensial bisa melihat hingga 93 persen seperti Tanjung Redeb di Berau dan Tanjung Selor di Bulungan. Mereka sudah menyiapkan alat untuk pengamatan.

Sementara di Balikpapan dengan tingkat bulatan hanya 84 persen, GMC tetap bisa terlihat. Namun, tidak bisa maksimal kalau tidak dengan alat misalnya teropong dan kacamata khusus. Harus ada alat bantu seperti kacamata yang memiliki filter khusus untuk melihat matahari. “Kacamata menjadi pelindung jika saat tiba-tiba bulan bergeser muncul pantulan sinar yang bisa merusak retina mata,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X