GMC Terjadi 12 Tahun Lagi, Beberapa Negara Bisa Mengamati

- Jumat, 27 Desember 2019 | 11:04 WIB

JAKARTA– Fenomena langka Gerhana Matahari Cincin (GMC) kemarin (26/12) terjadi. Beberapa wilayah di Indonesia dapat menyaksikan fenomena tersebut.

Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhamad Sadly mengatakan GMC merupakan persitiwa ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. Pada saat itu piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari. ”Akibatnya, saat puncak gerhana, Matahari akan tampak seperti cincin yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya. Biasanya, saat fase cincin terjadi kecerlangan langit akan meredup sehingga seperti fajar atau senja,” ucapnya.

Kedepan GMC yang akan teramati di Indonesia pada 21Mei 2031. Artinya masih 12 tahun lagi. Jika kota yang kemarin bisa melihat GMC ada 25 kota, maka pada 21 Mei 2031 nanti GMC akan melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Jalur yang dilalui GMC menurut Sadly memang berbeda-beda. ”Secara umum, gerhana dapat diprediksi waktu dan tempat kejadiannya. Untuk memprediksi keberulangannya secara global, gerhana dikelompokkan ke dalam suatu kelompok yang disebut siklus Saros tertentu,” ungkapnya.

Sebetulnya, untuk gerhana matahari sendiri bakal terjadi di semua wilayah. Namun hanya beberapa wilayah saja yang bisa melihat. Kemarin durasi terlama berada di Selat Panjang, Riau, yakni 3 menit 38,9 detik. Magnitudonya pun terbesar.

Sementara itu di luar negeri, hal itu bisa dilihat di beberapa negara. Menurut BMKG wilayah yang terlewati jalur cincin pada GMC kemarin adalah Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilangka, Samudra India, Singapura, Malaysia, dan Samudera Pasifik.

Proses gerhana matahari cincin dapat dibagi menjadi empat tahap. Yang terlihat pertama adalah saat piringan matahari mulai tampak tertutupi bulan. Fase kedua masuk ketika piringan matahari mulai tertutup oleh seluruh piringan bulan. Fase ini disebut fase cincin. Puncaknya ketika piringan matahari tertutup bulan paling maksimum. Fase terakhir atau kontak keempat ketika bulan berangsur-angsur tidak menutupi matahari.

Sayangnya, mengamati gerhana tak boleh dengan mata telanjang. Bahkan alat-alat seperti kaca mata hitam, film foto, dan sebagainya pun tak boleh. Risikonya jika bandel maka mata akan sakit. Sinar ultra violet dari matahari yang tajam dapat menyebabkan sakit mata sampai dengan buta. (lyn/mia)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X