Sungai Chao Phraya adalah nadi kehidupan dan transportasi di Bangkok. Kapal-kapal mendukung warga bahkan wisatawan hilir mudik. Lokasi yang populer adalah surga belanja dengan sepoi angin sungai.
Raden Roro Mira, Bangkok
SORE terakhir di Bangkok dalam rangka Media Trip. Masih ada tiga tempat sesuai itinerary yang dibuat Tourism Authority of Thailand (TAT) Jakarta hari itu (14/12). Lhong 1919, Iconsiam, dan Asiatique. Ketiganya adalah surga belanja. Terletak di pinggir sungai Chao Phraya.
Di area Lhong 1919 terdapat Kuil Mazu, dalam kepercayaan Tiongkok merupakan dewi laut yang konon melindungi nelayan dan pelaut. Merupakan rumah kuno dua lantai milik marga Wang Lee, warga keturunan Tiongkok yang bermigrasi di Thailand. Diperkirakan sejak 169 tahun silam.
Baru dua tahun terakhir, disulap jadi objek wisata berkonsep pasar malam. Terletak di Khlong San District. Di lantai dua, ada beberapa artefak peninggalan khas Tiongkok. Berbagai furnitur kayu dengan ukiran khas.
Menjelang malam, lampu-lampu menyala. Lampion bergantung rapi. Para penjaja makanan membuka payung merah. Lokasi yang dulunya dijadikan gudang beras itu semakin ramai. Beberapa dinding juga terdapat mural cantik, cocok bagi penggila foto.
Dari Lhong 1919, lanjut menuju Iconsiam. Komplek perbelanjaan raksasa atau yang terbesar, dijuluki “mother of mall”. Beberapa sumber menyebut luasnya 750.000 meter persegi. Ada pula dua menara hunian, satu di antaranya adalah gedung tertinggi se-Thailand. Magnolia Waterfront Residences Iconsiam, apartemen 70 lantai dengan 318 meter.
Menaiki shuttle boat dari dermaga Lhong 1919, tak sampai 10 menit sudah sampai. Menikmati semilir angin dan jejeran gedung tinggi dari sungai Chao Phraya. Hingga akhirnya bangunan megah dengan arsitektur kaca bertuliskan Iconsiam di tengahnya sudah di depan mata. Setelah ditelusuri, ternyata inspirasi desain bangunan dari krathong. Merupakan kerajinan tangan Thailand dengan bentuk desain lipat.
“Hunian di sini jadi ikon kemakmuran Thailand. Modern, termahal dan terlengkap yang pernah ada,” sebut salah satu pihak manajemen Iconsiam yang menemani rombongan berkeliling. Iconsiam dibuka untuk umum sejak November 2018 lalu.
Bangunan delapan lantai itu punya beberapa area unik, salah satunya Sook Siam. Tempat promosi budaya dan makanan khas dari lima kelompok provinsi di Thailand. Utara, Timur, Selatan, Tengah, dan Timur Laut. Bahkan konsep toilet dibuat sedemikian estetik sesuai provinsi. Ada pula pasar apung indoor, terdapat puluhan penjual kuliner khas Negeri Gajah Putih.
Usai berkeliling, senja mulai menyapa. Jangan lewatkan Iconic Multimedia Water Features, air mancur sepanjang 400 meter di pelataran mal. Menghadap sungai Chao Phraya dengan tiga kali pertunjukan sehari. Pukul 18.30, 20.00, dan 21.00.
Atraksi air mancur dengan unsur 2D dan 3D, diketahui mampu menembakkan air setinggi 35 meter. Selama 20 menit, mata akan dimanjakan dengan liukan air mancur serta animasi laser warna-warni. “Musik yang dipakai beberapa di antaranya hasil gubahan Raja Rama IX, King Bhumibol Adulyadej yang mangkat 2016 lalu,” terang Mrs Nutchaya atau Kun Bum, tour guide.
Puas saksikan pertunjukan air mancur, destinasi terakhir adalah Asiatique The Riverfront. Wisata belanja dengan paduan konsep sejarah masa lalu dan kekinian. Beberapa patung perunggu dari para pelaku perdagangan masa lampau, bisa Anda jumpai.
Terdapat butik desainer lokal, kerajinan tangan, pernak-pernik, furnitur, aksesori rumah hingga barang-barang jadul. Ada pula area street food. Harganya sangat ramah di kantung. Bahkan beberapa pedagang menerima rupiah serta berbahasa Indonesia.
“Ayo murah saja. Satu untuk Rp 100 ribu, atau ini ambil dua Rp 50 ribu saja,” ujar salah satu pria paruh baya saat penulis mendekati tokonya untuk melihat-lihat tas bergambar gajah.
