Migrain Rawan Membahayakan

- Selasa, 24 Desember 2019 | 14:56 WIB

MIGRAIN merupakan kondisi kepala nyeri dan berdenyut dengan durasi tertentu. Ada dua jenis migrain, yakni tanpa aura dan dengan aura. Saat diwawancarai Kaltim Post, dr Mariana Nur Laila MKes SpS memberi gambaran sederhana untuk mengetahui kedua jenis migrain tersebut.

Migrain tanpa aura biasanya dialami dengan rasa sakit saat itu juga. Ditambah muntah atau rasa mual. Kemudian, tak tahan jika melihat cahaya, mendengar suara kencang, atau tak sanggup beraktivitas berat. Frekuensinya sekitar lima kali berturut-turut dalam kurun 4–72 jam yang berarti kerap merasakan kepala berdenyut. Dibanding pria, perempuan lebih sering mengalami migrain karena stres dan faktor hormon.

Sedangkan migrain dengan aura, terjadi dibarengi gangguan penglihatan atau seperti buta mendadak. Kondisinya lebih parah dibanding migrain tanpa aura. Frekuensinya bisa dua kali, sekitar 15–30 menit. Pun bisa melihat, biasanya hanya satu mata. Tentu saja kondisi ini membahayakan. Terutama ketika terjadi saat berkendara. Penderita dilarang untuk melanjutkan perjalanan.

Mariana mengatakan, migrain dengan aura cukup jarang ditemukan. Lebih sering yang migrain tanpa aura. Umumnya, keluhan migrain biasa disebabkan aktivitas tertentu. Seperti kelainan pembuluh darah atau stres. Bisa pula karena sesuatu yang terjadi sebelumnya. Seperti riwayat penyakit post stroke, setelah tumor, infeksi, atau setelah kecelakaan.

Jenis makanan pun ada yang memengaruhi, seperti cokelat, keju, atau bir yang cenderung mengandung minyak. Migrain bisa terjadi di kepala bagian kanan atau kiri. Setiap orang pasti berbeda.  

Migrain pun bisa dialami oleh ibu hamil. Biasa karena faktor hormon. Bagi Mariana, pemberian obat bagi ibu hamil sangat terbatas. Tak bisa sembarangan. Setidaknya harus istirahat yang cukup. Walhasil, lebih mengarah ke edukasi saja.

“Istirahat yang cukup pun sudah lumayan membantu. Perihal pengobatan, antara migrain tanpa aura dan dengan aura sama saja. Seandainya migrain masih di tahap awal, sekitar sepekan sudah sembuh. Lain hal jika migrain kerap datang berulang kali dan mengganggu aktivitas,” jelas Mariana.

Setelah sembuh, migrain tidak bisa diprediksi kapan akan kembali. Bergantung pada setiap orang. Selama pengalaman Mariana, pasien dengan keluhan migrain, baru bisa terbebas total setelah setahun pengobatan. Ada penanganan tersendiri. Dokter akan memberi obat khusus dan itu wajib diminum oleh pasien sampai gejalanya hilang. Tentu dibarengi dengan kontrol dari dokter.

“Kalau gejala dan keluhan masih ringan, boleh mengonsumsi obat yang ada atau beli di apotek. Namun, kalau belum ada perubahan dan semakin parah, harus datang ke dokter. Jangan dibiarkan,” pungkas Mariana. (*/ysm/ndy/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X