Populerkan Batik Balikpapan, Mimpi Tembus Pasar Eropa

- Selasa, 24 Desember 2019 | 11:55 WIB

Sungguh tak pernah terlintas, ia akan menggeluti profesinya saat ini. Namun siapa sangka, menjadi pembatik adalah titik awal kesuksesannya. Itulah yang dirasakan Agus Sudarmanto, pemilik usaha Broto Batik Balikpapan.

 

Saat memutuskan hijrah ke Kota Minyak pada 2010 silam, Agus belum punya bayangan hal apa yang akan dilakukan. Dengan keterbatasan fisiknya, sangat sulit bekerja di instansi pemerintah maupun swasta.

Tapi takdir baik mulai mendatangi Agus pada tahun berikutnya. Ia bertemu dengan sosok berhati mulia. Etty Nuzuliyanti, ibarat pelita baginya. Sebab, perempuan itulah yang menjadi guru atas kemampuannya kini.

Awalnya, ia bersama penyandang disabilitas lainnya, sering mendapat alat bantu gerak dari salah satu perusahaan minyak di Balikpapan. Berupa kaki palsu ataupun tongkat.

Perusahaan itu pula tempat di mana Etty bekerja. Hingga akhirnya, mereka diberi pelatihan membatik untuk mengasah keterampilan. Dengan Etty sebagai pencetus kerajinan tersebut. Batik yang mereka hasilkan, kini dikenal dengan batik balikpapan.

“Dari sana, kami mulai membuat corak batik baru, yang konsepnya khas Balikpapan. Seperti jajaran buah mangrove, akar bakau, anggrek hitam, daun mangrove dan daun ulin,” ujar dia.

Namun, jalan memang tak pernah mulus. Dana yang besar, menjadi rintangan selanjutnya. Namun, pria asal Surabaya ini tak putus asa. Ia dan rekan-rekannya kembali mendirikan suatu komunitas. Yang mereka sebut Rumah Kreatif Balikpapan.

Melalui komunitas yang terbentuk pada 2012 itu, mereka gencar memamerkan karyanya. Agus menjadi ketua hingga 2015, dan melatih sekitar 30 murid. Akhirnya ia memisahkan diri, dan mulai mendirikan usaha batik mandiri.

Bersama sang istri, Sri Wahyuni, dirinya menjalankan usaha rumahan. Dengan profesi istrinya sebagai penjahit, mereka menerima pesanan dari berbagai elemen. Salah satunya dari pemerintah kota, yakni membuat seragam sekolah untuk SD dan SMP Balikpapan.

Tak tanggung-tanggung, usaha jahitannya kini sampai hingga ke provinsi lain. Hanya saja, usaha batiknya masih dipasarkan di wilayah Kaltim.

Pria 45 tahun ini mengaku, tak pernah menduga akan menjadi seorang pembatik. Awalnya nihil pengetahuan di bidang tersebut, kini malah sampai menjadi pengajar dalam seni membatik.

Jika mengingat masa lalu, ia bahkan sempat ingin menyerah. Bimbang karena tak bisa memperoleh pekerjaan. Dan tak tega, terus-terusan bergantung pada sang istri yang saat itu sudah memulai usaha jahitnya lebih dulu.

Namun, semua itu ia simpan sebagai proses perjalanan hidup saja. Broto Batik Balikpapan telah menjadi usaha yang bisa ia banggakan ke mana-mana.

Saat ini, ia memiliki impian yang cukup berani. Ingin mewujudkan mimpi sang guru, Etty Nuzuliyanti. Guru yang belum lama ini meninggalkan dunia untuk selamanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X