Bali Melawan Kampanye Negatif Soal Kebersihan

- Senin, 16 Desember 2019 | 12:09 WIB

Fodor’s Travel, media wisata terbitan Amerika Serikat, memasukkan Bali dalam daftar destinasi yang tak layak dikunjungi pada 2020. Alasannya, Bali mengalami efek pariwisata masal yang memicu beban bagi alam dan lingkungan. Namun, Pemprov Bali curiga, publikasi tersebut adalah kampanye hitam dari negara-negara pesaing pariwisata.

 

UMAR WIRAHADI, Bali, Jawa Pos

 

Lima unit wheel loader berseliweran di bibir Pantai Kuta, Bali, Kamis pekan lalu (12/11). Suaranya meraung-raung. Beradu dengan deburan ombak yang bersahut-sahutan pagi itu. Setiap beberapa meter, alat berat itu berhenti sejenak.

Sejumlah orang berseragam kaus putih mengangkat tumpukan-tumpukan karung dari pinggir pantai. Di dalamnya berisi sampah beragam jenis. Mulai sampah plastik, botol minuman, bungkus makanan, hingga sisa canang tempat persembahyangan umat Hindu Bali. Sampah-sampah tersebut dimasukkan ke alat berat itu. ’’Kami bersihkan tiap pagi,” kata I Ketut Alet, petugas kebersihan.

Aktivitas tersebut dilakukan sejak matahari belum terbit. Garis pantai yang dibersihkan sedikitnya sepanjang 8 kilometer. Mulai Pantai Kuta, Legian, hingga Seminyak. ’’Tim dibagi. Ada petugas sendiri yang bersihkan,” tutur pria asal Desa Kuta itu.

Dari loader, tumpukan sampah diangkat dengan truk khusus milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Badung. Sampah diangkut ke sebuah TPA di kawasan Kuta. Sebab, sejak November lalu, sampah dari Pantai Kuta dan sekitarnya tidak boleh lagi dibuang ke TPA Suwung di Denpasar. ’’Sampah di Suwung overload,” tambah Ketut Alet.

Sebagian besar sampah tersebut hasil aktivitas para turis di pinggir pantai. Sebagian lagi sampah dari para pedagang. Macam-macam jenisnya. Dari sampah plastik hingga botol bekas minuman keras. Petugas juga kerap menemukan kondom berserakan di pinggir pantai. Alat kontrasepsi itu dibuang begitu saja. ’’Nggak sekali dua kali (menemukan kondom, Red). Cukup sering lah,” tutur Dewi Anggreni, petugas lainnya, lalu tertawa.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bali I Made Teja mengakui, tumpukan sampah menjadi problem tersendiri di Bali. Menurut dia, wilayah Bali menghasilkan sekitar 5 ribu ton sampah per hari. Ironisnya, dari jumlah tersebut, hanya 51 persen yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Selebihnya terbuang begitu saja di lahan kosong, danau, sungai, hingga ke laut. ’’Memang persampahan jadi persoalan saat ini,” ungkap Made Teja kepada Jawa Pos.

Pihaknya telah berupaya keras menangani persoalan itu. Salah satunya dengan mendirikan bank sampah di sejumlah tempat. Dia menuturkan, ada 1.200 bank sampah yang tersebar di seantero Bali. Namun, keberadaannya diakui belum maksimal. ’’Kita butuh kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari hulu,” imbuhnya. (onok tambahane/c10/oni)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Minggu, 14 April 2024 | 07:12 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Sabtu, 13 April 2024 | 15:55 WIB

ORI Soroti Pembatasan Barang

Sabtu, 13 April 2024 | 14:15 WIB
X