Negara Besar Lindungi Kepentingan Sendiri, Konferensi Perubahan Iklim Gagal Capai Kesepakatan

- Senin, 16 Desember 2019 | 11:32 WIB

MADRID– Perwakilan 196 negara datang ke Madrid, Spanyol, sejak 2 Desember untuk membahas langkah pencegahan perubahan iklim. Sayang, target Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP) 25 gagal tercapai. Meski sudah mengulur waktu, peserta konferensi tak bisa mencapai kata sepakat soal solusi terhadap pemanasan global.

Kemarin (15/12) Menteri Lingkungan Hidup Cile Carolina Schmidt menunjukkan rasa frustrasi. Seharusnya rapat final COP 25 berakhir Jumat lalu. Namun, karena cekcok antarkubu, kesepakatan masih belum dicapai sampai Minggu dini hari waktu setempat.

”Saya meminta Anda semua mengerahkan seluruh kekuatan dan toleransi agar kesepakatan ini bisa tercapai. Rakyat negara Anda membutuhkan ini,” ungkap sang ketua konferensi seperti yang dilansir BBC.

Konferensi perubahan iklim tahun ini semestinya membicarakan tiga isu besar. Pertama, komitmen baru pemangkasan emisi karbon sebelum dekade 2010–2020 berakhir. Kedua, komitmen untuk membantu negara yang terkena dampak perubahan iklim. Ketiga, merampungkan mekanisme pasar karbon yang diawali COP 21 di Paris empat tahun lalu.

Setelah perdebatan panjang, peserta perundingan hanya setuju untuk menyerahkan komitmen baru mereka di COP 26 Glasgow tahun depan. Sementara itu, mekanisme pasar karbon kembali tertunda.

Sejak awal, jalannya konferensi memang mengecewakan. Negara anggota, terutama negara besar, sibuk membahas kepentingan sendiri. Mereka sibuk memperdebatkan istilah kerugian dan kerusakan dalam sistem bantuan terhadap negara yang terdampak perubahan iklim.

”Ini adalah ulah AS. Mereka berusaha menghalangi upaya dunia untuk membantu kehidupan yang dihancurkan perubahan iklim,” ujar Harjeet Singh, ketua bagian iklim di LSM Action Ad, kepada Agence France-Presse. AS sudah memutuskan untuk keluar dari perjanjian Paris tahun depan.

Selain itu, Alliance of Small Island States (AOSIS) juga menuding Australia, Kanada, Rusia, India, Brasil, dan Tiongkok sebagai kelompok anti pencegahan perubahan iklim. Perkumpulan negara kepulauan kecil itu mengatakan, negara-negara besar tersebut tak menyerahkan rencana untuk membahas kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius abad ini. ”Saya seharusnya pulang dan berkata kepada anak-anak saya bahwa kami sudah sepakat untuk menyelamatkan masa depan mereka,” ujar Tina Stege, perwakilan dari Marshall Islands.

Brasil ingin menghitung hutan penyerap karbon mereka sebagai target pengurangan emisi. Di saat yang sama, mereka juga ingin menjual hutan sebagai kredit karbon ke negara lain. Hal tersebut tentu ditolak negara lain karena dianggap penghitungan ganda. Di pihak lain, India dan Tiongkok bersikeras bahwa kesepakatan sebelum COP 21 harus dikembalikan. Sebelum COP 21, hanya negara-negara maju yang diwajibkan untuk mengurangi emisi.

”Negara-negara yang bertanggung jawab atas 80 persen emisi global terus diam. Sebaliknya, negara-negara kecil justru berusaha membuat perubahan,” ungkap Direktur Natural Resource Defense Council Jake Schmidt.

Hasil COP 25 membuat ilmuwan dan aktivis semakin khawatir. Kesempatan untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius semakin tipis. Alden Meyer, aktivis dari Union of Concerned Scientists, mengatakan bahwa saat ini bumi ada di jalur pemanasan 3–4 derajat Celsius di akhir abad ke-21. Menurut dia, target COP 21 tak akan tercapai jika konferensi Glasgow gagal meminta negara anggota mengurangi emisi secara besar. (bil/c10/sof)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X