Greta Thunberg, People of The Year Termuda

- Jumat, 13 Desember 2019 | 13:11 WIB

NEW YORK– ''Aku ingin kalian panik,'' ucap aktivis muda Greta Thunberg di konvensi tahunan CEO dan pemimpin dunia World Economic Forum di Davos, Swiss, pada Januari lalu. ''Aku ingin kalian merasakan ketakutan yang kurasakan setiap hari. Lalu, aku ingin kalian mengambil langkah tegas,'' lanjutnya. Ringkas, namun mengena.

Kegigihan Thunberg memperjuangkan isu lingkungan menyita perhatian. Mulai kalangan sebayanya hingga jajaran pemimpin dan tokoh dunia. Tahun ini, majalah TIME menganugerahkan gelar People of the Year 2019 buatnya. Perempuan kelahiran 3 Januari 2003 itu jadi orang termuda yang mampu meraih titel tersebut.

''Momen ini (kemenangan Thunberg) terasa beda,'' ungkap mantan Wakil Presiden Amerika Serikat sekaligus pemenang Nobel Peace Prize Al Gore. Menurutnya, kini, anak muda lebih punya kekuatan. Mampu melakukan perubahan nyata. ''Banyak pergerakan moral yang lantas menarik ketika anak muda yang melakukannya,'' imbuhnya sebagaimana dikutip TIME.

Thunberg mengawali aksinya sejak tahun lalu. Pada Agustus 2018, dia berdemo di depan Gedung Parlemen Swedia. Sambil memegang papan bertulis Skolstrejk för klimatet –yang berarti 'mogok sekolah demi iklim'. Langkah itu langsung memicu kontroversi. Ada yang mempersilakan muridnya melakukan hal serupa. Namun, tidak sedikit pula yang mencibir Thunberg sekadar cari perhatian.

Tidak puas berdemo, dia pun melakukan kampanye peduli lingkungan. Thunberg, ditemani sang ayah Svante, dan para anak buah kapal menyeberangi Samudera Atlantik dengan kapal Malizia II. Opsi berlayar dipilih karena meninggalkan jejak karbon lebih sedikit dibandingkan terbang. Keluarganya pun ikut mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan. Mereka menghindari penerbangan, menjalani pola makan vegan, dan melakukan daur ulang.

Dalam 16 bulan pasca demo pertamanya, Thunberg berhasil menoreh pencapaian luar biasa. Menyampaikan gagasan langsung di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bertemu Paus, hingga beradu pendapat dengan Presiden Amerika Serikat. Pada 20 September 2019, Thunberg menjadi penggerak demo perubahan iklim global terbesar –yang tercatat diikuti 4 juta orang.

Thunberg amat percaya, perubahan iklim bisa dicegah. Setidaknya, dihentikan lajunya. ''Kita enggak bisa melanjutkan hidup seakan-akan tidak ada hari esok. Hari esok itu ada. Itulah yang ingin kami ungkapkan,'' tegasnya. Dia tidak berpikir ribet. Ada tiga poin yang selalu dia ulangi di tiap pidatonya. ''Permukaan laut akan naik. Kota-kota akan banjir. Jutaan orang akan menderita,'' ungkap perempuan yang mengidap sindrom Asperger itu. (Time/BBC/fam)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X