Erlina terlihat asyik sendiri. Satu demi satu manik-manik dia tautkan. Hingga jadi rangkaian aksesori khas suku Dayak. Hanya ini yang bisa dia lakukan sembari menanti waktu bebas.
KEGIATAN Erlina ini diperhatikan Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Klas IIA Samarinda Wahyu Susetyo. Erlina yang baru saja menghuni rutan ini pun diminta Wahyu untuk mengajari warga binaan pemasyarakatan (WBP) lain membuat aneka kerajinan khas Dayak.
Dari baju, topi, gelang, kalung, hingga ikat kepala mereka buat. Bagi Erlina, membuat pakaian khas Dayak bukan hal baru. Perempuan paruh baya ini memiliki latar belakang keluarga yang punya usaha seperti ini.
Namun, Erlina, ketika belum masuk rutan, membuat pakaian khas Dayak sebagai sampingan. "Dulu, paling kalau ada teman-teman pesan, baru saya buat," kisah perempuan yang sebelumnya berprofesi sebagai perawat ini.
Kini Erlina mengajari rekan-rekannya. Dia juga merasa waktunya lebih baik dihabiskan dengan membuat kerajinan bersama teman-teman. Dibandingkan berdiam diri di sel. "Jadi tidak suntuk," sambungnya.
Sejak awal 2018, sudah ada 15 orang yang bergabung menjadi perajin pakaian khas Dayak di rutan. Diungkapkan Eva Hayati, staf rutan yang membina mereka, para WBP menikmati waktunya membuat kerajinan.
"Sudah dua tahun pembinaan ini. Mereka saling mengajari. Jadi, WBP yang bisa, ajari yang baru. Bahan-bahan difasilitasi dari rutan," kata Eva.
Hasil kerajinan yang mereka buat pun dipasarkan. Mereka aktif mengikuti berbagai pameran. Laba dari penjualan pun diberikan kepada WBP.
"Beberapa waktu lalu dapat pesanan kalung juga mereka. Dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia), dari universitas swasta, dan pembeli lain dari lingkungan pemasyarakatan," imbuhnya.
Diakuinya, kendala saat ini adalah pemasaran. Saat ini pemasaran yang diandalkan adalah mulut ke mulut. Padahal, hasil karya WBP ini juga berkualitas.
Karena itu, Kasubsi Bimbingan Kegiatan Rutan Klas IIA Samarinda Hariadi mengatakan, pihaknya berusaha agar produk WBP ini bisa tembus ke pedagang di sentra dagang Citra Niaga. "Juga bikin galeri di depan rutan. Biar dilihat pembesuk," ucapnya.
Diungkapkan Kasi Pelayanan Tahanan Rutan Klas IIA Samarinda Rahmat Hidayat, pada dasarnya pembinaan seperti ini adalah bagian dari program pembebasan bersyarat. "Biasanya mereka ikut pembinaan dari pukul 08.00 sampai pukul 14.00," ujar Rahmad.
Dengan mengikuti pembinaan ini, para WBP bisa meluangkan waktu dengan hal yang bermanfaat dan menghasilkan. Sekaligus, memenuhi program pembebasan bersyarat. (nyc/kri/k16)