Darurat Kesehatan Mental, Bunuh Diri Bukan Solusi

- Rabu, 4 Desember 2019 | 12:40 WIB

Tak hanya fisik, kesehatan mental juga bisa membuat seseorang meregang nyawa. Akrab dengan sebutan mental illness, kenali jenis-jenisnya serta cara penanganan agar Anda bisa meminimalisasi atau bahkan merangkul para penderita. Sebab, saling memberi semangat adalah cara terbaik mengobati pasien mental illness.

 

ISTILAH mental illness akhir-akhir ini sering terdengar karena ada beberapa sosok artis internasional yang mengakhiri nyawa karena depresi. Sebut saja Sulli dan Goo Hara, aktris Korea Selatan. Hal ini membuktikan, seseorang yang bergelimang harta, memiliki paras rupawan, serta dipuja-puji banyak orang, rupanya tak menjamin kebahagiaan.

Dijelaskan dr Eka Yuni SpKJ, mental illness merupakan kumpulan penyakit gangguan kejiwaan yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Membuat penderita sulit mengetahui perilaku yang dianggap normal dan tidak.“Mental illness banyak menimpa remaja hingga dewasa. Bukan saya yang ngomong tapi data dari Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2018 menyebutkan 6,1 persen penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun mengalami depresi,” tuturnya memperingatkan.

Gangguan mental pada remaja itu diperkirakan karena kedewasaan psikologis yang belum terlalu baik saat remaja. Hingga menyebabkan tingginya risiko mengalami depresi akibat tekanan aktivitas sekolah atau bentuk pendidikan lainnya, serta tekanan dalam pergaulan termasuk percintaan.

Kondisi gangguan kejiwaan lainnya dapat terjadi pada usia yang berbeda, bahkan seseorang yang mengalami gangguan jiwa atau mental illness bisa jadi dialami sejak kecil. Eka menyebutkan, semua lapisan usia berpotensi mengalami mental illness jika tak dapat mengontrol perasaan dengan baik.

Sesuai dengan definisinya, dokter spesialis kejiwaan itu menuturkan, begitu banyak jenis gangguan mental. Namun, ada delapan kategori mental illness yang paling sering terjadi. Di antaranya, gangguan pengendalian impuls, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, gangguan suasana hati, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan stres pascatrauma.

“Namun, dari semua kategori, mayoritas pasien yang datang itu disebabkan gangguan suasana hati. Depresi berlebih misalnya, karena dia korban bully atau telah kehilangan seseorang. Bahkan tak jarang pasien saya memilih bunuh diri karena merasa itu jalan yang paling pas, padahal itu bukan solusi,” ujarnya.

Eka mengutip data World Health Organization (WHO) yang menyebutkan, setidaknya ada satu di antara empat orang di dunia terjangkit gangguan mental. Serta dari sekitar 450 juta orang yang saat ini menderita gangguan mental, nyaris 1 juta orang di antaranya melakukan bunuh diri tiap tahun.

“Saya juga membaca di WHO data yang diperbarui 2018 per 1 Mei lalu. Di Indonesia setiap satu jam ada satu orang yang bunuh diri karena depresi. Miris kan? Cukup menggambarkan betapa Tanah Air kita masih darurat kesehatan mental,” ungkapnya.

Perihal upaya pencegahan bunuh diri, terang Eka, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama, mengamankan senjata tajam atau barang-barang berbahaya. “Selain sajam, jangan lupa amankan cairan kimiawi yang berbahaya,” ujarnya.

Penderita depresi yang memiliki kecenderungan menyakiti diri akan mencari barang-barang berbahaya tersebut ketika panic attack menyergap. Menjauhkan barang tersebut bisa menjadi upaya preventif.

Upaya kedua yang tidak kalah penting, yakni pemberitaan media untuk tidak menghakimi penderita depresi dan pelaku bunuh diri. Penderita depresi yang membaca berita bunuh diri akan cenderung mudah terpantik dan merasa tersudut dengan diksi pemberitaan yang menghakimi.

“Selanjutnya, identifikasi dini untuk penderita depresi, gangguan mental, gangguan kepribadian, penyakit akut, dan stres. Para penderita kesehatan mental perlu mendapatkan penanganan, baik dari psikolog atau psikiater,” jelasnya.

Mereka juga perlu mendapatkan pelatihan cara mengelola emosi dan mencegah perilaku yang mengarah ke bunuh diri. Terakhir, penting bagi orang-orang sekitar untuk terus mengajak berkomunikasi para penderita gangguan mental yang pernah mencoba bunuh diri. Sesekali bertanya kabar menjadi langkah sederhana yang penting dilakukan. (*/nul*/rdm2/k16)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X