Jangan Kucilkan Penderita Gangguan Mental, Rangkul Korban

- Rabu, 4 Desember 2019 | 12:39 WIB

PANDANGAN yang buruk terhadap gangguan mental membuat banyak orang berusaha menutupi atau menolak kenyataan jika menderita masalah kesehatan mental. Ditambah lagi tak semua orang mampu mengutarakan perasaan hingga mungkin masih sulit menyampaikan perasaan.

Salah satunya Zelanio Beth Cicilia yang sudah tiga tahun terakhir mengidap self injury. Membuatya melakukan tindakan melukai tubuh dengan benda tajam atau benda tumpul. Misal, menyayat atau membakar kulit, memukul tembok, membenturkan kepala, dan mencabuti rambut.

“Saya enggak tahu pasti kenapa dan kapan mengalami hal ini. Yang saya tahu, setiap mengalami tekanan, saya akan berusaha menyakiti diri,” tutur perempuan yang akrab disapa Cici itu.

Dia menyebut, masih berjuang mengurangi self injury yang diderita. Tiga tahun dirinya mencoba menahan tak menyakiti diri meski sering gagal dan mengulang kebiasaan buruk itu. “Entahlah, ada rasa lega. Memang terkesan dramatis, bahkan bisa aja sebagian orang menganggap ini aneh,” ujar perempuan 23 tahun itu.

Pertama kali melukai diri saat sang ibunda tercinta harus berpulang karena sakit jantung. Sudah jatuh tertimpa tangga, sang ayah menikah lagi dan meninggalkan sendiri. “Hidup saya itu kayak cerita klise di novel. Ketika ayah pergi ninggalin saya ke Bandung di usia 20. Saya melepas kuliah saya, mencari kerja untuk survive. Dari hal itu, saya suka nyakitin diri sendiri kalau lagi sedih,” ungkapnya.

Cici mengaku tak memiliki keluarga. Orangtuanya merantau ke Samarinda sejak menikah. Kendati demikian, Cici tak benar-benar hidup sendiri. Kini dirinya memiliki sahabat, Riska yang juga satu rumah kontrakan dengannya.

“Saya itu kurang suka menceritakan masalah ke orang, sekalipun sahabat. Saya juga bingung kenapa, tapi merasa takut merepotkan dan membebani seseorang. Akhirnya saya lebih milih pendam,” tambahnya.

Keputusan berobat merupakan paksaan Riska. Hal itu bermula ketika pada 2018 Cici ditemukan pingsan dengan keadaan kepala membiru serta tangan berdarah dan dipenuhi luka sayatan. Setelah ke rumah sakit, Riska memaksanya untuk datang ke spesialis kejiwaan (SpKj). Meski awalnya dapat penolakan keras, akhirnya Cici pun luluh.

“Nolak karena saya merasa tidak sakit. Sampai akhirnya saya sadar bahwa sedang enggak baik-baik saja saat dokter bilang saya mengidap self injury. Semua gejala yang dijelaskan persis dengan kebiasaan yang saya lakukan,” ucapnya.

Akhirnya sejak Agustus 2018, Cici melakukan pengobatan rutin. “Saya memang sering menyakiti diri sendiri. Namun, saya bersyukur karena enggak sampai berpikir untuk mengonsumsi obat-obatan berbahaya,” ungkapnya.

Selain melakukan rangkaian terapi dengan dokter, Cici mengungkapkan ada satu hal yang lebih ampuh mengobati gangguan mental. Yaitu, rangkulan orang-orang terdekat. Sebab itu, dirinya menitip pesan kepada siapa saja yang menyaksikan jika ada orang di sekelilingnya mengalami gangguan mental untuk tetap diberi dukungan.

“Entah berapa puluh kali saya punya niatan bunuh diri, tapi Riska selalu menguatkan. Saya paham sekali rasanya kekuatan dukungan dari orang terkasih. Saya juga berharap banyak orang seperti Riska di luar sana,” pungkasnya. (*/nul*/rdm2/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X