Kedekatan dengan pemain dan kepiawaian meramu taktik dengan ketahanan fisik jadi kunci sukses kepelatihan Teco. Ingin sekali jadi WNI, hanya belum punya waktu untuk menjalani proses panjangnya.
FARID S. MAULANA, Padang-MIFTAKHUL F., Surabaya, Jawa Pos
TELEPON seluler itu berbunyi. Sang pemilik, Stefano ’’Teco’’ Cugurra, menengok ke layar. Hanya tertera nomor telepon. Tanpa nama. ’’Halo,’’ kata Teco setelah memutuskan menerima panggilan itu.
Dengan suara agak berat, si penelepon langsung membalas dalam bahasa Portugis, ’’Oh halo, perkenalkan, saya Jacksen, Jacksen Ferreira Tiago. Saya seorang pelatih sepak bola, sekarang menangani Persebaya Surabaya...’’
Teco berkawan dengan seseorang di Brasil yang juga merupakan sahabat Jacksen. Dan, percakapan pada Desember 2003 itulah yang akhirnya membawa Teco pada titik sekarang ini.
Titik yang bersejarah: pelatih pertama yang sukses dua musim beruntun membawa tim asuhannya menjuarai kompetisi strata teratas di era Liga Indonesia. Musim lalu bersama Persija Jakarta, musim ini dengan Bali United.
’’Dia (Jacksen) tahu kontak saya dari sahabat saya itu, lalu menghubungi saya karena Persebaya waktu itu butuh pelatih fisik,’’ tutur Teco dalam perbincangan dengan Jawa Pos setelah Bali United memastikan gelar Liga 1 di kandang Semen Padang, Senin lalu (2/12).
Ketika itu Teco baru saja menyelesaikan tugas sebagai direktur teknik Akademi Sepak Bola Singapura. ’’Saya memulai karir memang sebagai pelatih fisik sejak tahun 2000,’’ katanya.
Jacksen yang dihubungi terpisah mengaku, saat itu dirinya memang sengaja tidak mencari pelatih fisik lokal. Alasannya, agar bisa bersikap disiplin. Tanpa kompromi.
’’Kalau pakai pelatih fisik lokal, saya khawatir malah akan disetir para pemain. Maklum, Persebaya saat itu bertabur pemain bintang,’’ ungkap Jacksen yang kini menangani Persipura Jayapura.
Tanpa tahu sebelumnya tentang Persebaya, juga tentang sepak bola Indonesia pada umumnya, Teco langsung mengiyakan tawaran Jacksen itu. Pada usia yang masih 29 tahun saat itu, yang ada di pikiran pria kelahiran Rio de Janeiro, Brasil, dengan nama lengkap Alessandro Stefano Cugurra Rodrigues tersebut hanyalah menambah pengalaman. Meski sebenarnya dia juga sudah kenyang melanglang ke banyak negara.
Terutama saat mengikuti sang ayah, Gildo Rodrigues, yang juga seorang pelatih sepak bola, melatih di, antara lain, Amerika Serikat, Italia, hingga Arab Saudi.
Dan, kejutan langsung didapatnya saat kali pertama terlibat dalam sesi latihan Persebaya. Sesuatu yang tidak pernah dilihatnya di berbagai negara yang pernah dia singgahi: fanatisme suporter.