Oleh
Erny Silalahi
PNS, Travel enthusiast
erny.silalahi@uqconnect.edu.au
Beberapa waktu yang lalu dilaksaakan perayaan Millennials Gathering dengan tajuk “Create Creators” Milenial dalam Pariwisata di Era Industri 4.0 di Samarinda. Kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan beberapa komunitas anak muda yang selama ini bergeliat dengan berbagai macam cara di media sosial untuk mengenalkan pariwisata Kalimantan Timur. Acara ini tentu saja menarik dikarenakan millennial dan segala hal yang berhubungan dengan mereka saat ini sangatlah cepat perkembangannya. Kecenderungan perubahan platform dan inovasi teknologi digital tentu saja sangat mempengaruhi interaksi manusia pada saat ini dan yang akan datang. Tentu saja hal ini memberi dampak di hampir seluruh sektor, tidak terkecuali di sektor pariwisata.
Semakin cepatnya perkembangan sosial media yang tidak dapat dibendung beberapa tahun belakangan ini memberi dampak bagaimana penyedia jasa untuk berkomunikasi dan menjangkau pengguna jasa mereka. Kemunculan sosial media yang seringkali dikonotasikan dengan generasi millennial atau generasi Y adalah mereka dengan demografi lahir pada awal 1980-an, pertengahan 1990-an hingga awal tahun 2000-an.
Kemunculan generasi millennial menandai pula berakhirnya masa generasi X. Generasi millennial dikonotasikan dengan keakraban mereka dengan teknologi yang membuktikan bahwa mereka mampu menguasai dunia jauh melampaui generasi sebelumya. Facebook, Instagram, Snapchat, Youtube hingga maraknya blog pribadi yang merekam berbagai momen liburan dilengkapi dengan photo bahkan video real-time yang memuat aktivitas harian para millennials di mana saja dan kapan saja.
Dalam industri pariwisata, kehadiran generasi ini telah merubah pola perjalanan dan pemasaran itu sendiri. Dulunya, pelaku industri memasarkan produk mereka dengan membuat flyer dan brosur semenarik mungkin. Mengikuti expo atau exhibition dalam dan luar daerah hingga ke luar negeri sebagai salah satu sarana mengenalkan dan memasarkan produk yang mereka hasilkan. Tentu saja, hal tersebut membutuhkan sumber pembiayaan yang tidak sedikit. Biaya percetakan, perjalanan ke tempat expo adalah sebagian dari biaya-biaya yang harus mereka persiapkan. Namun kini, semenjak maraknya penggunaan teknologi di kalangan masyarakat maka para pelaku industri pun akhirnya menempuh cara yang ternyata jauh lebih murah namun dapat menjangkau calon konsumen mereka yang berada di beberapa belahan dunia.
Menurut majalah Forbes, generasi millennial dan generasi Z adalah pasar terpenting bagi industri pariwisata. Statistik menunjukkan bahwa 68% dari populasi generasi ini menganggap wisata adalah prioritas utama mereka. Millennials lebih suka membelanjakan uangnya lebih daripada golongan lain. Di Amerika Serikat saja, pada tahun 2017 mereka rata-rata membelanjakan $1,312 untuk setiap liburan yang dilakukan yang merupakan kenaikan 8% dari tahun 2016. Pada setiap tahunnya mereka membukukan rata-rata 3.5 kali liburan dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
Dalam berwisata, mereka tidaklah memprioritaskan kenyamanan yang tentunya akan mengurangi biaya perjalanan. Millennials mampu membuat perjalanan yang murah menjadi menarik, informatif dan meninggalkan kesan bagi para pelakunya. Tak jarang mereka merencanakan perjalanan jauh-jauh hari sebelumnya dengan melihat harga tiket dan penginapan yang murah. Untuk menekan pengeluaran, mereka pun tidak segan-segan menginap di rumah warga ataupun mencari café-café dengan fasilitas wifi hanya sekedar untuk berhemat. Untuk urusan transportasi, jika destinasi yang dituju masih dapat dicapai dengan transportasi umum yang murah akan menjadi prioritas, malahan dengan jalan kaki akan jauh lebih baik.
Berbagi melalui sosial media
Dengan kedekatan pada media sosial, maka ketika generasi ini berwisata hampir dapat dipastikan mereka akan membagikan cerita, foto dan video melalui sosial media sehingga keluarga, sahabat maupun followers dapat dengan mudah melihat destinasi yang dikunjungi dan segala aktivitas yang dilakukan selama perjalanan berlangsung. Karenanya, hampir 84% pengguna aplikasi Facebook mengatakan bahwa posts teman-teman mereka mempengaruhi dalam mengambil keputusan untuk berwisata.
Dalam menentukan tujuan dan pilihan untuk transportasi, akomodasi dan segala aktivitas wisata para milllennials menggunakan internet untuk membantu mereka untuk merancang sendiri perjalanan impian. Pola ini sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya yang sangat bergantung pada ketersediaan paket-paket perjalanan dari Biro Perjalanan Wisata atau Agent Perjalanan. Dengan semakin menjamurnya situs-situs Online Travel Agencies (OTAs) seperti Expedia, Kayak, Wotif, Booking hingga Traveloka memudahkan millennials mencari harga termurah yang ditawarkan OTAs kepada para pelanggan setia mereka. Tiket pesawat, kapal, kereta, hotel, restaurant, bahkan tiket masuk ke destinasi yang kadang ditawarkan dengan paket-paket discount yang tentu saja menggiurkan calon konsumen.