Sijantang Koto dan Abu ”Abadi” Cerobong Pembangkit Listrik

- Senin, 2 Desember 2019 | 12:38 WIB

AGUS DWI PRASETYO, Jawa Pos, Sawahlunto

 

Bocah laki-laki itu terus menunduk. Wajahnya agak lesu. Kurang bersemangat. Meski begitu, dia bergegas mengambil anyaman bambu berbentuk piring di ruang tengah, lalu menaruhnya di atas meja tamu. Bocah tersebut kemudian kembali ke posisi semula, duduk di undakan lantai, menyimak obrolan ibunya bersama Jawa Pos dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang.

Bocah itu, Fairuz, tak banyak bicara saat kami tiba di rumah berukuran besar tersebut Senin (25/11). Namun, dia anak penurut. Tiap kali ibunya, Afni Efientri, 40, menyuruh, Fairuz melaksanakannya dengan baik. Termasuk ketika diminta mengambil anyaman bambu wadah obat herbal. ”Dua bulan terakhir ini kami berinisiatif berobat herbal,” kata Afni, menunjuk obat herbal di atas meja.

Obat herbal itu adalah suplemen bagi Fairuz. Ada banyak ragamnya. Setiap obat punya manfaat spesifik: meningkatkan daya ingat, menjaga kekebalan tubuh, hingga mengobati batuk dan peradangan. Setiap hari Afni mewajibkan Fairuz mengonsumsi obat-obat dari ekstrak bahan alam itu. ”Dulu kami kasih obat-obat kimia dari dokter,” tutur perempuan berjilbab tersebut.

Keluarga Afni tinggal di Desa Sijantang Koto, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Desa yang dihuni 1.237 penduduk itu berdampingan dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di bawah naungan PT PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan Sektor Ombilin. Lokasinya nyaris tak berjarak dengan permukiman warga.

Pembangkit listrik berbahan baku batu bara tersebut sudah ada sejak 1993. PLTU yang berlokasi di tengah perbukitan dan berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Sawahlunto itu memiliki dua unit mesin pembangkit. Masing-masing berkapasitas 100 megawatt.

Selama ini pengoperasian PLTU Ombilin dan keresahan warga Sijantang Koto berjalan beriringan. Gara-garanya, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) berupa fly ash (abu terbang) dan bottom ash (abu kasar) mencemari lingkungan. Yang paling nyata dirasakan warga adalah buruknya kualitas udara.

Kualitas udara itu bisa dipantau melalui aplikasi air visual. Sejak Maret lalu, Greenpeace memasang alat pendeteksi kualitas udara di salah satu rumah warga. Tak jauh dari PLTU. Jawa Pos mengamati indeks kualitas udara (air quality index/AQI) melalui aplikasi tersebut selama tujuh hari terakhir guna mengetahui keparahan kualitas udara di Ombilin. Yakni, sejak Senin sampai kemarin (1/12).

Di awal pengamatan, AQI tertinggi berada di angka 60 atau level sedang. Selang sehari, tepatnya pada Selasa siang (26/11), AQI sempat menyentuh level tidak sehat. Yakni, angka 152. Di waktu yang sama, AQI di Jakarta berada di angka 135 atau udara tidak sehat hanya bagi kelompok sensitif. Artinya, saat itu kualitas udara Ombilin lebih parah daripada Jakarta.

Pada hari berikutnya, AQI Ombilin tertinggi di angka 125. Di aplikasi air visual, level tersebut ditunjukkan dengan tanda oranye (100–150). Seperti diketahui, ukuran AQI berkisar 0–500. Kian tinggi angkanya, semakin parah kualitas udara. Misalnya, AQI 150–200 (warna merah) bisa berdampak buruk ke jantung dan paru-paru). Udara yang sehat berkisar di angka 0–50 (hijau).

Kamis (28/11) AQI tertinggi di Ombilin berada di level sedang, yakni angka 71. Kemudian, Jumat (29/11) level tertinggi terpantau pukul 20.00, yaitu 121. Sabtu (30/11) level tertinggi terjadi pukul 07.00, yakni 153. Puncaknya kemarin (1/12) pukul 12.00, menyentuh angka 156. Di waktu yang sama, keparahan kualitas udara Ombilin ”mengungguli” AQI Jakarta yang hanya 94.

 

Keresahan Warga

Semua orang di Sijantang Koto tahu bahwa abu terbang PLTU Ombilin berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, tidak sedikit yang telah mendengar kabar tentang keputusan menteri lingkungan hidup dan kehutanan (LHK) tertanggal 3 September 2018. Isinya menguraikan pelanggaran administratif yang dilakukan PLTU Ombilin.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X