Senyum lebar, Atom, bukan nama sebenarnya, di sudut kawasan simpang empat Mal Lembuswana, kemarin. Mata pria berambut spiky itu sesekali memerhatikan orang-orang yang asyik mengobrol dan berfoto ria.
DADANG YONO S, Samarinda
SAMARINDA–Ucapannya terdengar pelan, namun tidak ragu untuk berbicara. "Mas nggak usah foto yah, ngobrol santai saja," ucapnya dengan suara pelan. Di dekatnya, sekumpulan orang sedang memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia, Minggu (1/12).
"Saya terjangkit Mas, tolong identitas saya dirahasiakan," ucapnya mengawali perbincangan. Atom merupakan satu dari 4.126 orang yang terjangkit HIV/AIDS di Kaltim.
Dia memberanikan diri memeriksa keadaannya ketika mulai aktif mengampanyekan bahaya HIV/AIDS pada 2012. "Begitu saya tahu terjangkit, yah hancur rasanya, seperti dunia ini mau runtuh," terangnya sambil menyeka keringat di dahinya. "Saya sebelumnya pengguna napza suntik sejak 1997, tapi sudah berhenti," terang pria yang tinggal di Samarinda sejak 2004 itu.
Atom mengaku saat mengetahui terjangkit, dirinya lantas kembali ke dunia kelam. "Meski saya tahu apa yang harusnya dilakukan, tapi saya sempat pakai napza lagi, lantaran frustrasi, nggak ada mikir hidup lagi," terangnya.
Keadaan berubah ketika Atom mengikuti kegiatan nasional para pengidap HIV/AIDS di Jogjakarta. "Saya lihat mereka tetap semangat, seperti orang pada umumnya. Saya mulai diskusi sama mereka dan coba bangkit," ucapnya dengan nada semangat. Atom juga menyayangkan masih adanya bentuk diskriminasi terhadap para penyandang HIV/AIDS. "Itu yang disayangkan Mas, saya juga sempat mengalami," terangnya.
Atom menuturkan, secara verbal yang sering dialaminya. "Bahkan oleh petugas medis, jika kami sakit dan menyampaikan (sebagai ODHA/orang dengan HIV/AIDS). Tolong juga lihat situasinya. Semangat kami yang bisa jatuh," keluhnya dengan nada memberat.
Atom juga berharap bisa membina keluarga. "Saya dulu pernah nikah tapi cerai. Saya ingin nikah lagi, saat ini lagi proses pendekatan," tuturnya malu-malu.
Saat ini, Atom menyibukkan diri untuk memberi semangat para orang yang senasib. "Semoga tidak ada lagi segala bentuk diskriminasi bagi penyandang HIV/AIDS. Teman-teman juga jangan takut melapor jika terjangkit, ini bukan akhir dunia, kita bisa hidup normal dan punya anak sehat," tutupnya. (dns/k8)