SANGATTA–Perkembangan human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) di Indonesia termasuk Kutim meningkat. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Diskes) Kutim, angka tahun lalu yang hanya 71 orang, kini 96 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim Bahrani menuturkan, pihaknya berupaya menekan angka tersebut. Dengan itu, dia mengikuti kongres HIV/AIDS di Bandung, bertujuan meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mendukung eliminasi masalah tersebut.
"Kami selaku pemerintah daerah diminta mendukung eliminasi HIV/AIDS pada 2030," ujarnya. Data yang terhimpun, 39 pengidap di 2016, meningkat menjadi 109 pada 2017, kemudian turun menjadi 71 temuan di 2018, dan kembali meningkat hingga 31 Oktober 2019 yaitu 96 kasus.
Ditemui terpisah, Sekretaris KPAD Kutim Harmadji Partodarsono mengatakan, seluruh data terpusat di Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA). Dia membenarkan, Kutim masih didapati pengidap. Namun, jumlahnya tidak banyak. Sejumlah upaya dilakukan untuk mencegah HIV/AIDS. Hal yang banyak terjadi dan harus dilakukan pencegahan penularan melalui transmisi seksual (PMTS).
"Sasarannya adalah populasi kunci dari kalangan pekerja seks komersial (PSK), pelanggan PSK, lelaki seks sesama lelaki (LSL), dan wanita pria (waria)," tuturnya.
Selain itu, ada pencegahan HIV dari ibu ke anak (PPIA), yakni setiap ibu hamil wajib melakukan VCT. Adapun terapi ARV bagi semua orang yang terinfeksi HIV. Terutama bagi pasangan yang salah satu atau keduanya merupakan pengidap HIV dan penyakit TBC. "Kami memberi pelayanan konseling. Turut menyediakan layanan di seluruh puskesmas di 18 kecamatan, RSUD dan RS swasta," ungkapnya.
Namun, penyediaan layanan pengobatan dan dukungan ARV, baru ada di RSUD. Dia berharap dengan kerja sama masyarakat yang proaktif dapat membantu menurunkan pengidap HIV/AIDS. (*/la/dra2/k8)