Stadion Brawijaya harus banyak dibenahi kalau Persik ingin main di sana. Pemkot Kediri juga masih berkomunikasi dengan berbagai pihak yang dibidik sebagai sponsor. Namun, untuk urusan teknis, mulai skuat muda sampai tim putri, mereka sudah siap.
MIFTAKHUL FS, Kediri
KENYATAAN pahit itu masih basah dalam ingatan Subiyantoro. Juga selalu bergemuruh di dalam dadanya. Pada tahun pertamanya dipercaya ikut mengurus Persik Kediri, kesebelasan yang bermarkas di tepi Kali Brantas itu malah dieliminasi dari Indonesia Super League (ISL)–kasta tertinggi sepak bola Indonesia–musim 2015.
Perjuangan berdarah-darah Persik untuk kembali ke “habitatnya” seakan terasa sia-sia. Padahal, jalan untuk kembali ke orbit tertinggi sepak bola nasional setelah terdegradasi di akhir musim 2009/2010 sangat berat. Perlu waktu tiga tahun bagi Persik untuk kembali ke kasta teratas.
Namun, baru semusim mencicipi lagi atmosfer ISL, Macan Putih–julukan Persik–justru harus turun kasta kembali. “Sedih dan sakit sekali rasanya. Namun, kami harus menerima kenyataan itu. Sebab, Persik memang bermasalah secara finansial,” ujar Toro, sapaan akrab Subiyantoro, yang kala itu menjadi sekretaris umum Persik.
Persik dieliminasi memang karena faktor finansial. Tim asal Kota Tahu itu tidak turun sendirian. Persik dieliminasi bersama Persiwa Wamena ketika itu. “Sudah tidak punya uang, Persik memiliki utang hampir Rp 4 miliar pula,” akunya.
Meski menyakitkan, secara logika menjadi sangat wajar jika Persik dieliminasi. Itu pula yang dirasakan Toro, juga banyak pencinta Persik lainnya. Kenyataan pahit tersebut tak pernah bisa dilupakannya. Bukan disimpan sebagai rasa sakit hati. Namun, selalu dikenang sebagai pelecut untuk menjadikan Persik lebih baik lagi dan lebih bagi lagi.
Pun demikian saat luapan kegembiraan kembali menyapa semua yang mencintai Persik seperti saat itu. Pada 25 November 2019, Persik menahbiskan diri sebagai juara Liga 2. Gelar juara yang sangat istimewa. Sebab, dua musim berturut-turut mereka berhasil promosi dengan status juara.
Setahun sebelumnya Persik menjuarai Liga 3 dan berhak promosi ke Liga 2. Kini mereka kembali ke kasta teratas dengan status juara Liga 2. Pesta pun kembali digelar di Kediri. Pada 25 dan 26 November lalu, masyarakat Kediri turun ke jalan. Merayakan kemenangan kesebelasan kebanggaannya. Tapi, pesta itu kini telah selesai. Lazimnya setelah pesta, si empunya ”rumah” harus berberes setelah pesta telah usai.
“Pengalaman musim 2015 menjadi pelajar penting. Kami tak mau terlalu lama menikmati pesta kemenangan ini. Masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus kami bereskan,” kata Toro yang kini menduduki kursi CEO Persik.
Apalagi, seperti disebutkan Manajer Persik Beny Kurniawan, sejatinya Persik baru menargetkan naik ke Liga 1 pada musim 2022 mendatang. “Jadi ini kami terlalu cepat dua tahun. Namun, karena sudah telanjur, PR (pekerjaan rumah) yang ada harus segera kami rampungkan,” ujarnya.
Toro, juga Beny tak menutup mata kalau PR itu begitu banyak. Dan yang paling besar menyangkut infrastruktur. PR Persik berserakan di sudut-sudut Stadion Brawijaya. Ada begitu banyak kekurangan di stadion berkapasitas 15 ribu tersebut. Lampu, pagar, tribune barat, bench pemain, toilet, juga akses menuju pintu utama stadion.