Mengejar Target Lifting Migas APBN

- Minggu, 1 Desember 2019 | 12:55 WIB

BALIKPAPAN- Target migas produksi siap jual (lifting) dalam APBN berbanding terbalik dengan kemampuan produksi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Tahun ini atau tahun depan, diproyeksi produksi migas masih sulit mengejar harapan dari pemerintah. Adanya selisih antara kemampuan para KKKS dengan target dari pemerintah membuat produksi siap jual minyak dan gas bumi kerap berada di bawah target.

Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno mengatakan, adanya selisih antara rencana kerja dan keuangan (work plan and budget/ WP&B) KKKS dan target produksi siap jual (lifting) dalam APBN masih terjadi.

Untuk tahun ini saja, lifting minyak dipatok 775.000 barel per hari (BPH), sedangkan kemampuan WP&B KKKS hanya sebanyak 730.000 BPH. Masih jauh dari target. “Selain itu, dari target lifting minyak APBN 2020, 755.000 BPH, dari WP&B KKKS masih dibahas. Untuk mendorong lifting banyak ide-ide ekstra yang harus dilakukan,” tuturnya saat kunjungannya di Balikpapan.

Adapun rekapitulasi WP&B KKKS diperkirakan rampung pada awal Desember masih sulit mencapai target APBN. Untuk memangkas selisih target lifting tersebut, Julius menyebut perlu ada pengeboran di sumur-sumur pengembangan. Tidak hanya itu, tindakan menghilangkan penurunan produksi dengan melakukan inovasi juga perlu dilakukan. “Kami masih cari kandidat (sumur), tapi masih sulit dan terbatas. Akan tetapi, kami harus ambil risiko,” ungkapnya.

Dia berharap target lifting yang tertera dalam APBN 2020 tidak memiliki selisih yang jauh berbeda dengan yang disusun masing-masing KKKS lewat WP&B. Tahun depan pun juga masih sulit merealisasikan target. “2018 kan KKKS punya target lain, APBN lain, sehingga ada gap muncul di situ. Ini yang menjadi target APBN kami sudah membahas, kalau ada gap bagaimana?” katanya.

Perbedaan persepsi membuat capaian target APBN tercatat tidak optimal. Contohnya pada 2018, target lifting migas dalam APBN 2018 dengan realisasi memiliki selisih hingga 83.000 barel setara minyak per hari (Barrel Oil Equivalent Per Day/BOEPD).

Hingga September 2019, realisasi lifting migas hanya 89 persen dari target APBN sebanyak 2 juta BOEPD. Total lifting migas sebanyak 1,8 juta BOEPD dengan rincian lifting minyak 745.000 BOPD dan lifting gas 1,05 juta BOEPD.

Terkait dengan realisasi tersebut, SKK Migas mengidentifikasi tiga faktor yang menyebabkan kinerja lifting migas tertekan hingga kuartal III/2019. Realisasi lifting yang masih jauh dari target juga berdampak pada realisasi penerimaan negara yang hingga September 2019 baru USD 10,99 miliar.

SKK Migas mencatat, kinerja 10 besar KKKS sebagian besar masih di bawah kinerja periode yang sama tahun lalu. KKKS yang mencatatkan kinerja positif produksi minyak antara lain ExxonMobil Cepu Limited, Pertamina EP, dan Petrochina International Jabung Ltd.

Ia menjelaskan, saat ini potensi migas di laut dalam mengarah ke Timur Indonesia. Kalau di Kaltim, potensi masih ada hanya saja banyak sumur tua, selain itu fasilitas yang ada juga tua. Wajar saja beberapa KKKS mengalami penurunan produksi. (aji/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X