Akhirnya Pemerintah Realistis..!! Target Pertumbuhan Ekonomi 2019 Dipangkas

- Jumat, 29 November 2019 | 11:23 WIB

JAKARTA- Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2 persen yang dicanangkan pemerintah di tahun 2019 tampaknya tidak akan tercapai. Presiden Joko Widodo pun mulai realistis dan menunjukkan sinyal pesimis akan target tersebut.

Bahkan, Jokowi memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran lima persen lebih sedikit. "Saya kira pertumbuhan ekonomi kita tahun ini mungkin 5,04 atau 5,05. Kira-kira begitu," ujarnya saat membuka Kompas100 CEO Forum, di Kawasan Kuningan, Jakarta, kemarin (28/11). Mantan Walikota Solo itu beralasan, kondisi tersebut dipengaruhi situasi eksternal. Di mana dunia tidak cukup kondusif. Mulai dari perang dagang Amerika Serikat - Tiongkok yang belum tuntas, gejolak di Amerika Latin dan Hongkong, hingga polemik brexit di Eropa. 

Meski tidak memenuhi target, Presiden menilai situasi ekonomi di Indonesia masih cukup baik. Sebab jika dibandingkan dengan negara-negara yang tergabung dalam G20, ranking pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di posisi tiga besar.  "Perlu kita syukuri dan kita sering lupakan. Nomor tiga di bawah India dan China baru indonesia," imbuhnya. Bahkan, lanjut dia, negara yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi hingga mendekati nol persen. 

Dengan catatan itu, Jokowi mengajak publik dan pelaku usaha untuk tetap optimis menatap situasi ke depan. "Rasa optimisme ini harus terus kita tebarkan jangan sampai kita dalam posisi memang semua negara tertekan dengan kondisi eksternal," kata dia. 

Tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi sendiri sebetulnya sudah terlihat sejak pertengahan tahun lalu. Sebab, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka yang kurang positif. Di mana pertumbuhan ekonomi di kuartal I hanya 5,07, kuartal II menurun jadi 5,05, dan kembali turun di kuartal III menjadi 5,02. 

Di tahun depan, lanjut dia, tantangan ekonomi masih cukup berat. Bahkan, Jokowi mengaku sudah mendapat peringatan dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank untuk lebih hati-hati dalam mengelola kebijakan. Khususnya dalam kebijakan fiskal.

"Dari IMF dan World Bank waktu ketemu dengan saya memperingatkan, Presiden Jokowi hati-hati kondisi global belum jelas jadi terutama fiskalnya prudence saja," jelasnya.  Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengamini pernyataan Presiden. Suahasil mengatakan, Kemenkeu memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini hanya akan mencapai 5,05 persen. Proyeksi itu melambat dibanding realisasi tahun lalu sebesar 5,17 persen dan meleset dari target APBN 2019 sebesar 5,2 persen. ‘’Akhir tahun ini kami perkirakan 5,05 persen,’’ ujarnya. 

Suahasil menuturkan, proyeksi itu didasarkan pada pertumbuhan ekonomi global yang semakin menurun, yaitu diperkirakan hanya tumbuh 3 persen pada tahun ini atau di bawah perkiraan awal yaitu 3,7 persen. Selain itu, volume perdagangan dunia yang tumbuh lebih lambat dibandingkan 3,6 persen pada 2018 dan 5,5 persen pada 2017 juga menjadi faktor Kemenkeu untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen tersebut. 

‘’Bukan hanya perekonomian dunia tapi volume perdagangan global 2019 ini juga diproyeksikan rendah hanya tumbuh 1,1 persen. Artinya ekspor dan impor dunia melemah,’’ katanya. 

Dia menjelaskan, ada beberapa hal yang harus diwaspadai yakni perang dagang, risiko geopolitik, dan lainnya. Dia menyebut ada tiga hal yang menjadi pitu masuk sentiment global, di antara yakni melalui pasar finansial, pertumbuhan investasi asing langsung (FDI/foreign direct investment), serta sektor perdagangan. 

Tetapi, dia menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun ini sebesar 5,02 persen dinilai masih kuat jika dibandingkan negara lain seperti Jepang, Singapura, dan Tiongkok.  Ke depan, dia masih optimis daya beli masyarakat dan pertumbuhan konsumsi domestik bisa tetap tinggi melalui kondisi inflasi yang stabil yaitu pada kisaran 3 persen sejak 2015 dan fungsi stabilisasi APBN yang berjalan efektif. ‘’Kita berusaha pertumbuhan ekonomi pada level 5 persen tetap terjaga meski saya mengerti aspirasinya bisa di atas itu,’’ katanya. 

Menanggapi mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi yang bernada pesimistis, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menganggap bahwa hal tersebut tak mengagetkan atau sudah bisa diprediksi. Dia menyebut bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi karena dipacu kondisi makro ekonomi dunia yang juga mengalami masalah. Ditambah tekanan adanya resesi ekonomi dunia. 

Hal di atas, lanjut Hariyadi, juga masih ditambah dengan situasi pasar domestik yang lesu. Untuk permasalahan lesunya ekonomi di dalam negeri dipicu oleh daya beli masyarakat yang turun. ”Karena ekonomi kita selama ini dipacu oleh konsumsi rumah tangga, kalau konsumsi turun impactnya akan terjadi penurunan daya beli,” ujarnya, (28/11). 

Hariyadi menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh penduduk kelas menengah ke atas, sementara penduduk kelas menengah ke bawah tertekan. Hal ini ditambah dengan serapan tenaga kerja formal yang makin sedikit daripada yang informal. 

Senada, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka lima persen, sesuai dengan prediksi pengusaha. Bukan hal yang positif, namun jika melihat kondisi ekonomi global, lanjut Rosan, cukup wajar jika jalan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat menantang.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X