Buah-buahan Potensial Maksimalkan Direct Call

- Rabu, 27 November 2019 | 11:33 WIB

SAMARINDA – Digadang-gadang menjadi pusat kegiatan ekspor-impor di Bumi Etam, pelabuhan PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT) ternyata belum mampu memberi kontribusi besar. Minimnya komoditas yang akan diekspor dinilai sebagai biang kerok. Ini cukup disayangkan karena program direct call dari pelabuhan ini bisa memangkas waktu dan biaya pengiriman dari Kaltim ke sejumlah negara.

Contohnya, jika biasanya untuk ekspor ke Tiongkok dari Kaltim memerlukan 37 hari, kini dengan direct call di Pelabuhan KKT cukup 17 hari saja. Program ini, sebenarnya menjadi kesempatan baik bagi produk lokal untuk go internasional. Namun sejak program ini dijalankan pada 2018, direct call justru jarang terdengar.

Wakil Ketua Umum Bidang Logistik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim Sevana Podung mengatakan, banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk menyukseskan direct call. Salah satunya buah naga. Buah ini banyak dilirik oleh buyer luar negeri, bahkan sempat diminta 1.500 ton per bulan.

Namun sayang, buah naga Kaltim belum memiliki hilirisasi. Sehingga mudah membusuk jika diekspor dalam jumlah banyak. Jika ditekuni, buah satu ini bisa ikut serta dalam menyukseskan program direct call Kaltim. “Korea dan Taiwan sempat minta 500 ton juga per dua minggu. Selain itu juga buyer dari Tiongkok meminta 500 ton per bulan,” ungkapnya, Selasa (26/11).

Dia menjelaskan, potensi buah naga cukup besar. Tapi masih kekurangan industri packaging. Industri ini yang dibutuhkan Kaltim. Selain buah naga, berbagai produk pertanian di Bumi Etam juga memiliki banyak peminat dari luar Indonesia. Namun, sulit mengekspor dengan jumlah banyak karena tidak ada packaging yang mendukung.

Misalnya buah-buah impor yang ada di Indonesia seperti pisang yang perlu ada lapisan yang bisa membuat buah tahan lebih lama. “Nah, packaging seperti itu yang dibutuhkan. Jika ini berjalan, ekspor buah naga bisa langsung lewat program direct call,” tegasnya.

Terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, direct call bisa disukseskan dengan berbagai komoditas yang ada. Bisa juga ditambah dengan komoditas yang belum ekspor, seperti buah-buahan. Sementara ini, turunan CPO yang bagus untuk ekspor. CPO sudah berjalan tinggal ditingkatkan produksinya, yang belum berjalan harus didorong.

“Untuk ekspor kita harus memilih produk yang mudah, cukup jumlah barang, kualitas yang bagus, dan bersifat jangka panjang,” katanya.

Dia menjelaskan, di Kaltim selain ekspor batu bara, migas, plywood, CPO dan lainnya yang sudah berjalan, buah bisa menjadi pilihan. Buah yang sudah sangat bagus produksinya itu, nanas, buah naga, dan pisang. Produksi yang banyak berpotensi untuk ekspor, karena sudah banyak permintaan terutama dari Timur Tengah, Malaysia, negara-negara di Eropa dan lainnya.

“Tinggal kita tingkatkan saja kualitasnya agar layak ekspor, dengan begitu kita bisa sukseskan program direct call,” pungkasnya. (ctr/ndu/k18)

Potensi Ekspor Kaltim untuk Program Direct Call

Komoditi Negara Tujuan Volume Per Bulan

20 feet 40 feet Teus

Plywood Timur Tengah 65 130

Eropa 70 140

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X