Cerita Penyusunan Buku Saku Penanganan Kasus Kekerasan Seksual di Kampus

- Selasa, 26 November 2019 | 11:31 WIB

Inge dan Yayas pertama menggagas buku ini saat sama-sama menangani kasus pelecehan seksual yang dialami mahasiswi Universitas Indonesia. Melirik atau menatap secara terus-menerus dan komunikasi seksual yang cabul melalui media sosial termasuk yang didefinisikan sebagai kekerasan seksual.

 

 

FERLYNDA PUTRI, Jakarta, Jawa Pos

 

LIMA tahun lalu, di sela-sela pendampingan kasus pelecehan seksual yang dialami seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI), mereka berbagi impian. Tentang perlunya kampus punya standar operasional pelayanan jika hal serupa terjadi.

Dan, memang kasus seperti itu kembali mereka temukan di UI, kampus tempat keduanya mengajar. Itulah yang kian menggumpalkan niat dan semangat mereka.

Akhirnya, setelah melewati sekian pertemuan, sekian diskusi dan perdebatan, apa yang menjadi cita-cita Lidwina Inge Nurtjahyo dan L.G Saraswati Putri atau Saras Dewi itu terwujud. Buku Saku Standar Operasional Penanganan Kasus Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus diluncurkan kemarin (25/11). Bertepatan dengan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.

”Buku ini disusun atas dasar keprihatinan banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di fakultas dan universitas,” kata Inge ketika ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Hukum UI, Jakarta.

Seperti namanya, buku tersebut mungil sehingga bisa disimpan di mana pun, termasuk saku. Jadi, mudah dibawa ke mana pun.

Inge dan Yayas –sapaan akrab Saras Dewi– pertama bertemu pada 2014, saat keduanya sama-sama menangani kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang sastrawan terhadap seorang mahasiswi UI. Keduanya memang pengajar di kampus tersebut. Inge dosen di FH, sedangkan Yayas di fakultas ilmu pengetahuan budaya (FIB).

Ketika kasus serupa mereka temukan di kampus, Inge dan Yayas pun menyuarakan kepada civitas academica yang lain. Mereka berbagai tugas.

Inge bertugas mencari dukungan di FH, sementara Yayas di FIB.

”Wakil dekan dan mahasiswa yang tergabung di BEM (badan eksekutif mahasiswa, Red) tertarik,” ucapnya.

Dari sejumlah orang tersebut, akhirnya terbentuk tim penyusun. Selanjutnya adalah penyamaan persepsi. Diskusi-diskusi digelar.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X