Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda

- Selasa, 26 November 2019 | 11:16 WIB

SEMUA PATUH: Suasana tertib berlalu lintas saat jalanan macet di Linz, Austria. Ada kebiasaan membuat ruang kosong di tengah untuk jalur darurat. ERWIN D NUGROHO/KP

 

 

Aturan berlalu lintas di setiap negara di Eropa berbeda-beda. Agar tidak gagap di jalanan, wajib mempelajari dulu rambu, aturan, dan kebiasaan-kebiasaan.

 

ERWIN D NUGROHO, Paris

 

LALU lintas di Eropa tidaklah selalu lancar. Sesekali ada macetnya juga. Terutama di lokasi-lokasi yang merupakan akses menuju masuk dan keluar pusat kota (downtown). Menariknya, dalam kemacetan pun semua masih tampak tertib. Kendaraan melaju beriringan dengan kecepatan stabil, tanpa ada yang saling serobot atau rebutan mencari kesempatan mendahului.

Pengalaman pertama berjumpa jalanan macet Eropa saya alami saat mengemudi di Kota Linz, Austria. Hari itu, setelah puas mengeksplorasi Salzburg, kota kelahiran musisi Mozart di Austria, perjalanan kami lanjutkan ke Praha, Republik Ceko. Lalu lintas melambat di dekat intersection (persimpangan) antara jalan tol ke arah Praha dengan jalan menuju masuk Kota Linz.

Dari tiga lajur jalan yang sedang dilanda macet tersebut, yang terisi iring-iringan kendaraan hanya dua lajur, yakni kiri dan tengah. Lajur paling kanan, biasanya untuk kendaraan berhenti darurat, tetap kosong.

Sementara antara lajur kiri dan tengah itu masih ada ruang yang sebenarnya sangat cukup untuk satu baris kendaraan lagi. Namun, tidak satu kendaraan pun yang memaksa mengisi ruang kosong tersebut. Semua tetap tertib mengikuti iring-iringan di dua lajur kiri dan tengah itu saja.

Ruang kosong di antara dua lajur itu rupanya memang sengaja dibiarkan kosong sebagai persiapan apabila terjadi situasi darurat, yang mengharuskan mobil polisi atau ambulans segera melintas. Jadi, di tengah kemacetan, upaya mobilisasi yang sifatnya darurat tidak akan ikut terganggu. 

Situasi seperti itu juga selalu terlihat setiap melewati terowongan (tunnel). Di jaringan jalan tol Eropa, terowongan dibuat untuk menyiasati rute yang terhalang pegunungan, sungai atau danau. Alih-alih membuat jalan berkelok dan memutar, sehingga menjadi lebih jauh, gunung atau sungainya ditembus saja dengan tunnel. Jaraknya bisa sampai belasan kilometer.

Nah, di dalam terowongan yang lebar jalannya bisa untuk tiga mobil berjejer itu, iring-iringan kendaraan tertib hanya dengan membentuk dua barisan. Yakni, di sisi paling kiri dan sisi paling kanan. Lajur tengahnya selalu dibiarkan kosong, yang juga memang sengaja disiapkan untuk keadaan darurat.

Untuk sikap-sikap seperti ini, tidak terlihat ada rambu yang mengaturnya. Jadi, semacam kebiasaan saja. Mungkin juga karena sudah terbangun adab: dalam situasi apapun, selalu siapkan ruang untuk kendaraan yang harus melintas dalam kondisi darurat.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X