SANGATTA–Dua tahun lalu, Kutim menyabet penghargaan dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, berhasil menurunkan malaria hingga lebih 75 persen.
Namun, zona kuning harus diterima kembali lantaran masih ada kasus malaria walau tidak banyak. Secara peringkat, Kutim termasuk fase daerah pra-eliminasi. Tetapi, masih ada dua kecamatan yang terindikasi penyebaran malaria.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kutim Bahrani Hasanal mengatakan, tahun ini menurun ke zona kuning, karena banyaknya pembukaan lahan di kawasan perkebunan tanpa koordinasi. Jadi, dia harus berupaya membuat Kutim lepas dari zona kuning.
"Kami memang sempat mendapat penghargaan, menekan penyebaran malaria. Tapi adanya pembuka lahan, akhirnya muncul lagi," ujarnya saat ditemui setelah coffee morning, (25/11).
Dua kecamatan di Kutim, yakni Sandaran dan Busang, rencana sosialisasi lebih masif. Sebab, keduanya merupakan daerah dengan pembukaan lahan terbanyak yang menyebabkan malaria kembali berkembang. "Intinya, kami mengingatkan pada pembukaan lahan dan kebun agar berkoordinasi dulu ke Diskes," tuturnya.
Pihaknya berupaya memberi pembekalan agar semua elemen memahami. Hal itu juga upaya pencegahan agar tidak melebar di kecamatan lain. Jika dilakukan sejak dini, menurutnya akan memudahkan dalam pencegahan.
"Kasusnya memang sedikit, paling satu-dua saja. Hanya tetap harus dieliminasi atau perlu dihilangkan, mencegah lebih baik daripada mengobati," tandasnya. (*/la/dra2/k8)