Pertambangan Sokong DPK Kaltim

- Senin, 25 November 2019 | 13:05 WIB

BALIKPAPAN – Kinerja sektor pertambangan cukup agresif terhadap pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Kaltim. Meskipun masih dibayangi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, DPK dari sektor ini cukup baik. 

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan, penghimpunan DPK pada triwulan III 2019 turun tipis dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kenaikan pertumbuhannya hampir dua kali lipat. DPK triwulan III tumbuh dua digit dibanding tahun lalu pada periode yang sama yakni, 17,19 persen.

Ini lantaran triwulan pertama hingga triwulan kedua 2019, pertumbuhan sektor tambang membaik. Artinya mampu mendorong nasabah meletakkan dananya untuk ditabung. “Kegiatan pertambangan jor-joran di triwulan pertama hingga triwulan kedua tahun ini. Jadi kegiatan usaha bagus, melakukan ekspor dapat penerimaan yang dimasukkan ke simpanan perbankan,” ucap Bimo.

 Dia mengatakan, utamanya dengan penempatan simpanan dalam bentuk deposito, sementara masuk dalam sektor usahanya dalam bentuk giro. Adapun secara pertumbuhan DPK di Kaltim pada triwulan III 2019 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhannya melambat dari 17,19 persen (yoy) pada triwulan II 2019 menjadi 16,47 persen (yoy) pada triwulan III 2019. 

Perlambatan pertumbuhan DPK bersumber dari giro yang tumbuh 31,23 persen (yoy) melambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 36,67 persen (yoy).

Pertumbuhan DPK dalam bentuk tabungan juga melambat dari 8,63 persen (yoy) pada triwulan II 2019 menjadi 7,41 persen (yoy). Dia mengungkapkan, secara tak terduga kinerja sektor tambang yang pada mulanya diperkirakan kurang baik justru tumbuh melebihi ekspektasi.

"Kaltim saat ini diuntungkan dibandingkan provinsi lain. Karena awalnya kami perkirakan sektor tambang enggak bagus, ternyata sampai triwulan III masih bagus. Ekspor memang masih turun tetapi bisa tumbuh melebihi ekspektasi. Ekspor ke India dan Tiongkok berjalan," ungkapnya.

 Menurutnya prediksi semula terkait dengan kebijakan restriksi (pembatasan dalam lapangan produksi) Tiongkok untuk mengurangi impor batu bara tak terjadi. Kondisi ini sejalan dengan kinerja ekspor pada triwulan I 2019 hingga triwulan II 2019 yang masih kencang.

 Dia melanjutkan, berembusnya kebijakan restriksi Tiongkok disikapi oleh pengusaha dengan menggenjot produksi awal tahun sebelum kembali melambat pada triwulan akhir tahun.

Selain itu, ekonomi Kaltim akan tumbuh lebih baik apabila dibandingkan dengan sejumlah provinsi di Jawa. Pasalnya, sektor manufaktur yang menjadi penopang pertumbuhan di Jawa menunjukkan pelemahan yang lebih dalam.

Sebagai imbas dari terpukulnya negara lain yang mengandalkan manufaktur yakni Singapura, Thailand, dan Malaysia. "Ini mungkin hanya fenomena sesaat tetapi proyeksinya untuk akhir tahun bisa saja kembali slow down tapi kemungkinan besarnya hampir sama," tuturnya. (aji/far/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X