Comeback Epik Mengao

- Senin, 25 November 2019 | 11:37 WIB

LIMA– Jelang final Copa Libertadores kemarin (24/11) di Estadio Monumental penyerang Flamengo Gabriel Barbosa atau Gabigol melanggar aturan tak tertulis sebuah partai final. Keluar dari lorong stadion berkapasitas 80 ribu itu Gabigol dengan cuek menyentuh piala yang jadi simbol tertinggi buat klub di Amerika Latin itu.

Sebelum Gabigol, Dimitri Payet pernah merasakan apes karena melanggar pantangan itu. Pada final Liga Europa 2017-2018 lalu, Payet menyentuh trofi sebelum laga. Lalu di menit ke-32 Payet cedera dan keluar lapangan. Kesialan tak berhenti disitu. Payet absen pada Piala Dunia 2018 dimana tim nasionalnya, Prancis, jadi juara di akhir turnamen.

Namun kutukan itu nyatanya tak mempan pada penyerang 23 tahun tersebut. Memang sampai dengan menit ke-88, juara bertahan River Plate tampak bakal mengamankan trofi Copa Libertadores. Los Millonarios unggul lewat gol Rafael Borre pada menit ke-14.

Bayangan kejayaan River Plate hancur dalam tiga menit. Diawali gol Gabigol semenit sebelum laga usai (89'), penyerang yang dipinjamkan Inter Milan fe Flamengo itu mencetak gol kemenangan dua menit sebelum tambahan waktu usai (90+2'). Larut dalam kegembiraan, Gabigol berselebrasi dengan melepas jersey yang berujung kartu kuning setelah mencetak gol.

Tiga menit kemudian (90+5'), Gabigol sekali lagi menerima kartu kuning karena menurut wasit Roberto Tobar (Cile) membuat gestur sarkas dengan bertepuk tangan. Sebelum mengusir Gabigol, wasit Tobar mengkartu merah gelandang River Exequiel Palacios yang menendang winger Flamengo Bruno Henrique.

"Rio (de Janeiro) adalah milik kami. Saya ingin semua fans Mengao (julukan Flamengo, red.) ada di jalanan, merahkan jalanan, dan kami akan menduduki Rio," kata Gabigol dengan emosional setelah pertandingan kemarin seperti diberitakan Daily Mail.

Rio de Janeiro yang dianggap salah satu dari dua kiblat sepak bola Brasil selain Sao Paulo, memang punya empat klub terbesar dengan identitas jersey masing-masing. Flamengo (merah-hitam), Vasco da Gama (hitam-putih), Fluminense (hijau-merah), dan Botafogo (hitam-putih).

Kemenangan epik Flamengo ini mengingatkan pada final Liga Champions 1998-1999 dimana Manchester United berhasil menang tipis 2-1 atas Bayern Muenchen lewat gol pada injury time. Sedang untuk Copa Libertadores kemenangan heroik Flamengo ini menjadi penanda penting jika final dalam format satu laga memang lebih menarik. Sejak 1960 sampai 2018, final Copa Libertadores dilangsungkan dua leg di kandang finalis.

Gabigol menambahkan tahun ini Flamengo berpeluang memenangi tiga piala. Setelah sebelumnya juara Campeonato Carioca (kejuaraan negara bagian Rio de Janeiro) April lalu, lalu Copa Libertadores kemarin, Campeonato Brasileiro Serie A (kompetisi tertinggi sepak bola Brasil) juga berpeluang dijuarai. Sampai dengan pekan 34, Flamengo duduk di posisi teratas.

"Santos memang klub terhebat di Brasil namun Flamengo datang mengejar (kesuksesan) mereka," tutur Gabigol. Piala Copa Libertadores tahun ini menjadi piala kedua di ajang yang sama bagi Flamengo. Sebelumnya Flamengo era Zico dkk memenanginya tahun 1981.

Pelatih Flamengo Jorge Jesus dalam wawancara dengan Rede Globo mengatakan kemenangan ini bukan hanya milik Flamengo. Melainkan juga rakyat Brasil. Rivalitas wakil Brasil versus wakil Argentina di final Copa Libertadores ini membuat Jesus sebelum laga menerima banyak dukungan dari pelatih tim Brasil.

"Saya tak akan berbohong kalau saya menginginkan menang di turnamen seperti Libertadores ini sejak pertama menerima tantangan melatih disini. Dan saya berhasil menjawab keraguan itu," kata pelatih 65 tahun itu.

Jesus menerima estafet dari caretaker Marcelo Sales pada 20 Juni lalu. Sejak melatih Flamengo diantara 37 pertandingan eks pelatih Benfica itu hanya kalah dua kali. Sisanya 27 kali menang dan delapan kali seri.

Buat Jesus kemenangan Copa Libertadores sekaligus menghapus kutukan yang melekat padanya yakni tak akan menang di level kompetisi antarbenua. Bersama Benfica (2009-2015), Jesus dua kali masuk final Liga Europa (2012-2013 dan 2013-2014). Dan semua finalnya berujung dengan kekalahan.

Sementara itu, dengan kemenangan di Copa Libertadores ini maka Flamengo akan jadi wakil Amerika Latin di Piala Dunia Antarklub 2019. Dan seperti deja vu 38 tahun yang lalu, Flamengo akan jumpa Liverpool di turnamen yang dulunya berformat Intercontinental Cup itu. Pada Intercontinental Cup 1981, Flamengo menang 3-0 atas Liverpool. (dra)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Clippers Libas 76ers dengan Skor Tipis

Jumat, 29 Maret 2024 | 02:26 WIB

Matangkan Program Latihan, Baru Pindah Venue

Senin, 25 Maret 2024 | 12:15 WIB

IMI Kaltim Gencarkan Event

Senin, 25 Maret 2024 | 10:55 WIB

Zohri Geber Latihan di Phoenix

Senin, 25 Maret 2024 | 10:50 WIB

Angkat Besi Kaltim Tatap Persiapan Khusus

Senin, 25 Maret 2024 | 10:15 WIB

Ajang PON Pertama, Siap Kerja Keras demi Emas

Senin, 25 Maret 2024 | 09:15 WIB

Bikin Pelatih Terkagum-kagum

Senin, 25 Maret 2024 | 07:50 WIB

Wushu Kaltim Target Maksimal di Piala Wapres

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:00 WIB

Panitia Pelatda Pastikan Semua Atlet Ambil Bagian

Jumat, 22 Maret 2024 | 14:25 WIB

Max Verstappen Ancam Pergi dari Red Bull

Jumat, 22 Maret 2024 | 13:25 WIB

Atlet Binaraga Kaltim Sesuaikan Porsi Latihan

Rabu, 20 Maret 2024 | 18:30 WIB

Cabor Tinju Kaltim Berharap Ada Tryout

Rabu, 20 Maret 2024 | 17:30 WIB

Sepak Bola Putri Kaltim Fokus Pembenahan Fisik

Rabu, 20 Maret 2024 | 16:30 WIB
X