Empat Ladang Baru, Jatim Lumbung Migas

- Jumat, 22 November 2019 | 21:35 WIB

SURABAYA– SKK Migas mengharapkan empat proyek besar sektor hulu migas di kawasan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) tuntas sesuai dengan jadwal. Dengan demikian, empat proyek tersebut bisa segera mendukung target capaian lifting migas nasional. Juga mampu mengembalikan Jawa Timur (Jatim) sebagai lumbung migas di Indonesia.

Kepala SKK Migas Jabanusa Nur Wahidi mengatakan bahwa keempat proyek strategis hulu migas itu berada di Bojonegoro dan Madura. Tepatnya, proyek Kedung Keris, Bojonegoro, yang dioperatori ExxonMobil Cepu Ltd, proyek Jambaran Tiung Biru di Bojonegoro dengan operator Pertamina EP Cepu, proyek Bukit Tua Phase 3 di Sampang yang digarap Petronas Carigali Ketapang II Ltd, dan proyek TSB Phase 2 di Sumenep dengan operator Kangean Energi Indonesia.

’’Selesainya proyek sesuai jadwal berpengaruh positif terhadap capaian target lifting yang telah ditetapkan pemerintah,’’ ujar Nur saat Lokakarya Media Periode III SKK Migas Jabanusa-KKKS dengan para pemimpin media massa Jatim dan Jateng (21/11).

Hingga saat ini, pengerjaan proyek Jambaran Tiung Biru mencapai 37,72 persen. Targetnya, Juni 2021 proyek tersebut sudah tuntas dan bisa mulai berproduksi. ’’Dari proyek ini, target maksimum sales gas bisa meningkat 10 persen secara nasional atau setara 192 juta kaki kubik per hari,’’ terangnya.

Menurut Nur, posisi Jabanusa dalam lifting migas nasional sangat penting. Bahkan menjadi backbone. Selama ini sudah ada 15 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di kawasan SKK Migas Jabanusa yang menjalankan eksploitasi migas dan enam KKKS yang melakukan eksplorasi.

Berdasar data 2018, realisasi lifting minyak Jabanusa sebesar 253,822 ribu barel per hari atau mencapai 102,60 persen dari target. Sementara itu, target lifting gas 753,2 juta kaki kubik per hari. ’’Sementara pada 2019 ini, target lifting minyak dari Jabanusa sebesar 258,169 ribu barel per hari,’’ ujarnya.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi menambahkan bahwa investasi hulu migas membutuhkan 73 sektor pendukung dan 45 sektor pengguna. Sebanyak 73 sektor pendukung itu mampu berkontribusi 55,99 persen terhadap PDB. Sementara itu, porsi tenaga kerja yang nosa ditarik mencapai 61,53 persen.

Di sisi lain, kampanye dan inovasi teknologi energi baru terbarukan (EBT) atau energi nonfosil terus berlanjut. Menurut Komaidi, itu membuat demand migas secara global cenderung naik. ’’Sampai 2050 nanti, India, Tiongkok, dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan menjadi konsumen minyak dan gas dalam volume besar. Mengingat besaran angka demografi dan pertumbuhan ekonomi mereka bergerak konstan,’’ imbuhnya.

Jika perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok mereda dan dinamika growth ekonomi global membaik, demand migas di pasar internasional bakal meningkat.(car/c4/hep) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X