Terduga Teroris Berencana Menikah sebelum Ditangkap

- Jumat, 22 November 2019 | 09:37 WIB

SAMARINDA–Penangkapan tiga pria terduga jaringan teroris terkait jaringan bom Polrestabes Medan di Samarinda dibawa ke Jakarta, (20/11). Mereka adalah La Olani (30), Muhammad Ismail (29), dan Fajar alias Furqon (24). Ketiganya diketahui saling kenal.

Mereka dibekuk tim Densus 88 Antiteror di tiga lokasi di Kota Tepian. Bersenjata lengkap, polisi langsung menggeledah kediaman masing-masing. La Olani, warga yang bermukim di Jalan Lumba-Lumba, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, dibekuk di kawasan Pasar Sungai Dama.

Selanjutnya, Muhammad Ismail (29) di Jalan Cendana, Sungai Kunjang. Terakhir, Fajar alias Furqon (24) yang tinggal di Jalan Sultan Alimudin, Gang Ketapang, Kecamatan Sambutan, diringkus di Jalan Kapten Soedjono (Sejati), tak jauh dari tempatnya bekerja.

Setelah membekuk ketiga terduga teroris yang terindikasi masuk jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), petugas menuju kediaman ketiganya pukul 13.00 Wita. Saat melakukan penggeledahan, polisi mengambil sejumlah barang yang berkaitan dengan ketiga pria tersebut. Yakni, pakaian, senjata tajam, dan sejumlah buku bacaan, yang disebut-sebut erat kaitannya dengan paham radikal.

Menelusuri dari warga sekitar kediaman ketiganya, hampir semua informasi yang diperoleh harian ini tidak jauh berbeda. Ketiganya orang yang tak begitu aktif di masyarakat. Bergaul hanya dengan orang-orang yang dianggap sepaham.

Kemarin (20/11), Kaltim Post kembali menggali informasi ketiga terduga teroris itu. Saat menyambangi kediaman La Olani di Jalan Lumba-Lumba, rumah kayu yang berada sedikit ke atas dengan rumah warga lainnya itu tampak tertutup.

Ketukan pintu berulang tanpa ada respons dari dalam. Gorden juga menghalangi pandangan dari jendela kala mencoba mengintip dari luar rumah yang baru ditinggali Olani dan istrinya selama dua tahun belakangan.

Sugeng (52), tetangga La Olani yang rumahnya hanya berkisar 6 meter, mengatakan istri Olani sudah pergi sejak semalam. Setelah suaminya dibekuk tim gabungan Densus 88 Antiteror, dua hari lalu.

“Enggak ada lagi. Ke rumah keluarga ngomongnya semalam. Di daerah Gunung Manggah (Jalan Otto Iskandardinata) katanya, cuma bilang itu saja,” ucap Sugeng. Rumah yang didiami Olani dan istrinya itu merupakan milik Hendy, pimpinan tempat terduga bekerja yang menjual obat herbal.

Meski sudah bermukim cukup lama di kawasan tersebut, Olani belum pernah memberikan identitas resmi kepada ketua RT. Dia juga dikenal tertutup dan jarang bergaul. “Jangankan ikut kerja bakti, ngobrol saja jarang, Mas. Kalau lewat itu senyum pas ketemu, dia juga belum lapor RT selama di sini (Selili), padahal sudah diberi tahu,” ungkapnya.

Sugeng menuturkan, setiap dua pekan sekali, ada orang bertamu ke kediaman Olani. Namun, dia tidak mengenal yang bersangkutan. Olani kerap pulang di atas pukul 22.00 Wita.

Harian ini berlanjut ke tempat Muhammad Ismail tinggal di Jalan Cendana, di rumah toko (ruko) Daus Parfum. Berbincang dengan Riski, juru parkir seberang ruko parfum tempat Ismail bermukim. Di matanya, Ismail jarang berbincang. “Kalau dia (Ismail) ngomong seperlunya. Jadi enggak akrab,” tuturnya.

Kepada sang pemilik wewenang, Muchlidin, ketua RT 18, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sungai Kunjang, mengatakan bahwa Ismail sudah tinggal di tempat tersebut sekitar enam bulan. Namun, sejak bermukim di tempat itu, tidak melaporkan diri ke pihaknya. Ismail juga dikenal tertutup. Namun, Didin–sapaan akrab Muchlidin–sering bertemu saat salat Subuh. “Enggak ngobrol sama sekali, selesai salat dia keluar duluan. Cuma dua temannya yang lapor ke saya,” terang Didin.

Harian ini berusaha mencari rekan Ismail yang lain. Namun, beberapa kerabat tak ada yang bisa ditemui. Sementara di Jalan Sultan Alimuddin, Gang Ketapang, RT 38, Sambutan, di kediaman Furqon, harian ini berbincang dengan Marzuki. Dia adalah pemilik rumah bangsal empat pintu yang disewa Furqon. “Belum sebulan kok,” sebutnya.

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda itu menuturkan, telah mengenal Furqon sejak Mei lalu. Saat yang bersangkutan masih bekerja sebagai penjual kebab. “Waktu itu, dia (Furqon) tanya tempat tinggal, jadi saya tawarkan di tempat saya (bangsal),” terangnya. “Orangnya baik, ya enggak percaya saja dengan sangkaan kalau dia terduga jaringan teroris,” sebutnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X