BERLATIH dibawah gemblengan ayah sendiri bisa memberikan motivasi tinggi bagi seorang petenis. Keberadaan father coach idealnya membuat nyaman seorang petenis ketika menghadapi situasi tertekan sekalipun. Seperti yang saat ini dialami Alexander Zverev, ataupun Stefanos Tsitsipas, dua petenis tunggal putra potensial.
Tetapi tidak bagi Jelena Dokic, dia mengalami hal yang sebaliknya. Mantan bintang petenis tunggal putri Australia itu malah mengalami siksaan fisik maupun mental ketika berlatih bersama ayahnya Damir Dokic. Dalam autobiografi miliknya, Jelena mengungkapkan sejak usia muda dia sudah mendapatkan perlakuan keras menjurus kasar dari ayahnya.
Ditendang dan dipukul menjadi makanan rutin bagi Jelena. "Pada dasarnya itu berlangsung sejak kali pertama saya bermain tenis, dan berlanjut sampai tak terkendali," bebernya kepada Sydney's Sunday Telegraph sebagaimana dikutip USA Today.
Salah satu kejadian yang cukup menyesakkan berlangsung ketika Jelena kalah dari petenis Amerika Serikat (AS) Lindsay Davenport di semifinal Wimbledon 2000. Saat itu usia Dokic masih 17 tahun. Jelena mengatakan ayahnya menolak mengakui keberadaannya. Parahnya lagi, Jelena dilarang pulang ke hotel tempat keluarganya menginap.
Dalam situasi penuh tekanan dia luntang-lantung area pemain lapangan Wimbledon. Dia memilih bertahan di sana sampai pada akhirnya bertemu salah satu ofisial turnamen mayor tersebut. Dia membantu mengubungi agennya untuk segera mendapatkan tempat tinggal sementara.
Dokic mulai berlatih tenis di usia relatif muda delapan tahun. Sejak 1994 bersama keluarganya dia pindah dari Serbia ke Australia. Mulai saat itu, Dokic berlatih tenis di Sydney bersama ayahnya. Prestasinya terbilang bagus di level junior. Pada 1998 dia menjadi kampiun di AS Terbuka.
Di tahun yang sama dia berkesempatan membela Australia di ajang Fed Cup. Jelena juga menorehkan prestasi hebat dengan mengalahkan legenda tenis Swiss Martina Hingis pada babak pertama Wimbledon edisi 1999 lewat straight set 6-2, 6-0. Menyandang status sebagai petenis kualifikasi Jelena mengakhiri turnamen di babak kuarterfinal.
Pada 2001 dia berganti kewarganegaraan dan membela Serbia atas desakan ayahnya. Itu merupakan bentuk kekecewaan sang ayah terkait undian Australia Terbuka 2001 yang merugikan Jelena. Setelahnya, Jelena kembali membela Australia pada 2006.
Wanita kelahiran Osijek Kroasia itu mencapai ranking tertinggi di posisi empat tunggal putri WTA pada 2002. Setelah itu, dia terlempar di peringkat 600-an dunia pasca berkutat dengan cedera dan stres mental yang dialaminya. Jelena mengejutkan Australia Terbuka 2009 setelah menembus kuarter final. Padahal dia datang dengan status petenis wild card. Selanjutnya, Jelena secara resmi memutuskan pensiun dari dunia tenis profesinal pada 2014.
Sementara itu, Serangan mental dari ayahnya memberikan dampak buruk kepada Jelena. Dampaknya lebih besar ketimbang ketimbang perlakuan kasar yang dia dapatkan. "Itu teramat menyakiti saya," katanya.
Di sisi lain, Damir rupanya pernah dipenjara lantaran melakukan penyerangan terhadap duta besar Australia di Belgrade Serbia. Dia juga dibanned dari WTA Tour pasca membuat keributan. Termasuk tuduhan pengaturan undian di Australia Terbuka 2001 silam. (nap)