DUH..!! Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tak Sampai 5 Persen

- Kamis, 21 November 2019 | 13:39 WIB

JAKARTA– Lembaga internasional JP Morgan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 akan berada di posisi 4,9 persen. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi itu disebabkan belanja barang modal yang melambat. Dalam riset tersebut, JP Morgan menyebut tekanan pada ekonomi Indonesia masih berlanjut pada 2020.

Tahun depan, ekonomi Indonesia lagi-lagi diperkirakan hanya tumbuh 4,9 persen. Konsumsi masih akan tumbuh 3 persen pada 2020. Namun kabar baiknya, JP Morgan masih melihat inflasi pada Desember 2019 akan berada di kisaran 2,7 persen (yoy).

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi santai prediksi JP Morgan. "Kalau prediksi kan boleh-boleh saja," ujarnya kemarin (20/11). Pemerintah sendiri, lanjut dia, tetap menjadikan data Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai acuan. Data BPS sendiri menunjukkan angka pertumbuhan di atas lima persen.

Namun, pandangan lain datang dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia yang memprediksi pertumbuhan ekonomi 2020 bakal berada di kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen. Prediksi itu melebar dibandingkan prediksi sebelumnya. Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, jika sebelumnya range prediksi hanya 0,1 persen, maka untuk 2020 melebar jadi 0,2 persen. ‘’Menjadi 0,2 persen karena faktor ketidakpastiannya sangat tinggi,’’ ujar Faisal kemarin (20/11).

Sementara itu, unuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi yang masih stagnan, Bank Indonesia (BI) telah empat kali melonggarkan kebijakan moneter. Yakni dengan menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 100 basis points (bps). Saat ini, posisi BI7DRR adalah di 5 persen. Untuk bulan ini, BI diprediksi akan menahan suku bunga acuannya di posisi saat ini.

Alasannya, meski sudah mencapai posisi 5 persen, transmisi kebijakan tersebut terhadap penyesuaian suku bunga kredit perbankan, masih berjalan lambat. Selain itu, nilai tukar rupiah cenderung stabil. “BI rate diperkirakan akan ditahan di 5 persen. Faktornya rupiah masih dalam batas yang wajar yakni di kisaran Rp 14.000 per dolar AS,”jelas peneliti INDEF Bhima Yudhistira. (far/dee/ken/oki)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB
X