GRUP C batal menciptakan kejutan tim yang lolos langsung ke putaran final Euro 2020. Itu terjadi setelah Jerman dan Belanda sama-sama memenuhi syarat agar bisa mengunci satu tiket lolos pada matchday kesembilan kemarin dini hari. Yakni, Jerman menang 4-0 atas Belarusia di Borussia-Park sedangkan Belanda menahan tuan rumah Irlandia Utara tanpa gol.
Kemenangan Die Mannschaft--julukan Jerman--memang sudah diprediksi sebelumnya. Tetapi, tiga poin tim asuhan Joachim Loew itu nyaris tidak ada artinya jika kapten Irlandia Utara Steven Davis bisa mencetak gol pada menit ke-32.
Kans gol Davis bukan sekadar peluang biasa. Melainkan dari titik putih. Hadiah penalti Norn Iron--julukan Irlandia Utara--diberikan wasit Szymon Marciniak's asal Polandia setelah bek kanan Belanda Joel Veltman handsball di kotak penalti.
Tapi, eksekusi Davis ternyata melambung di atas mistar gawang Belanda yang dijaga Jasper Cillessen. Padahal, jika eksekusi tersebut sukses dan skor 1-0 bertahan hingga bubaran, maka Jerman dan Belanda harus menunggu hingga matchday pemungkas pada Rabu dini hari untuk status lolos otomatis. Sebab, poin Irlandia Utara akan sama dengan Belanda dengan 15 poin. Meski mereka tetap berada di posisi ketiga karena Belanda punya produktivitas gol lebih baik.
Irlandia Utara juga memburu lolos dua kali beruntun ke ajang empat tahunan itu. Pada edisi 2016, langkah tim asuhan Michael O'Neill terhenti di 16 besar. Hasil itu membuat Irlandia Utara harus memperebutkan tiket ke putaran final via playoff yang mulai dihelat 27 Maret 2020.
Kepada BBC, O'Neill mengatakan bahwa protes berlebihan pemain Belanda jadi faktor utama penyebab kegagalan eksekusi Davis. Sesaat setelah Marciniak menunjuk titik putih, kapten Der Oranje Virgil van Dijk memprotesnya. Itu belum termasuk Cillessen yang berjalan melewati garis gawang saat wasit tengah mengatur penalti.
"Tidak diragukan bahwa itu (protes Van Dijk, Red) memengaruhinya (konsentrasi Davis, Red). Wasit seharusnya bisa menangani situasi itu dengan lebih baik,'' ucap pelatih yang juga tactician Stoke City itu.
Pernyataan pelatih 50 tahun itu ada benarnya. Sebab, itu merupakan kegagalan kedua Davis untuk tendangan penalti dari 6 kesempatan. Apalagi, kegagalan pertama gelandang Rangers itu terjadi pada kesempatan pertamanya pada fase grup Liga Champions musim 2009-2010 melawan Unirea Urziceni alias 10 tahun lalu . Artinya, sebelum kegagalan kemarin, 4 kali sepakan 12 pas pemain 34 tahun itu selalu sukses.
"Itu (kegagalan penalti, Red) bagian dari permainan dan tidak ada alasan dari saya bahwa ada banyak hal yang memengaruhi (sebelum penalti, Red). Meskipun kami kecewa, kami banyak belajar dari pertandingan ini dan lebih siap menyongsong playoff,'' kata Davis. (io)