Ini Dia, Catatan Pendidik setelah Sambangi Delta Mahakam

- Senin, 18 November 2019 | 10:43 WIB

Tak sekadar mendorong budaya literasi di kalangan pelajar, menulis buku juga bisa berkontribusi menyelamatkan bumi. Misi itu diusung Nurlia Shanti Agustin, pendidik asal Tenggarong saat menjajal permukiman di kawasan Delta Mahakam bersama NGO asal Prancis.

 

TIDAK hanya menjadi pengajar dan melaksanakan rutinitas sebagai guru, Nurlia Shanti Agustin terus mengabdikan diri untuk budaya literasi. Berbagai karya buku seperti novel, kumpulan puisi, cerpen, hingga buku edukasi anak ia karang. Sebagian besar sudah masuk perpustakaan nasional.

Bagi guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kukar ini, menulis tak hanya menjadi hobi, tapi menjadi media untuk mencapai misi dari berbagai harapan. Mulai memberikan edukasi kepada orang lain hingga menggambarkan sesuatu hal yang tak bisa digambarkan lewat sosialisasi kata.

Setelah menghasilkan belasan buku karya sendiri serta puluhan buku karya gabungan dari para penulis, Shanti digandeng Tim Planete Urgence, sebuah Non Governmental Organization (NGO) Internasional yang berpusat di Prancis. Berkat kepiawaiannya menulis serta latar belakangnya sebagai pendidik, bakat Shanti dilirik untuk membuat buku terkait edukasi pelestarian mangrove dan pentingnya memelihara ekosistem.

Dia berangkat ke Delta Mahakam di Kecamatan Muara Jawa bersama Amandine dan Anais. Dua perempuan asal Prancis sekaligus koordinator volunteer. Tim ini berangkat mengunjungi masyarakat pesisir di kawasan Muara Ulu Besar, Muara Ulu Kecil, dan Muara Pegah.

“Ini adalah bagian dari studi lapangan. Bersama kami untuk melihat lebih dekat kegiatan masyarakat di kawasan tersebut,” ujar Shanti. Setelah berinteraksi dengan anak-anak di Delta Mahakam dan lingkungan sekitar pada 13–15 November lalu, dia melihat berbagai biota air payau dan ekosistem yang memerlukan kepedulian untuk menjaganya dari ancaman abrasi dan kepunahan.

“Jadi, buku yang saya karang nanti, sebagai pendekatan literasi untuk memberikan kesadaran atas kepedulian lingkungan di Delta Mahakam. Termasuk keberadaan mangrove. Sebelum diedarkan luas, buku ini akan lebih dulu diedarkan di kalangan anak-anak pesisir untuk mendorong kesadaran tersebut,” tambahnya.

Tiga buku edukasi yang akan disusun, yaitu Si Benur Bayi Udang, Titing Si Kepiting Bakau, Anak-Anak Delta, dan Omang Kelomang. Alam perjalanan tiga hari di pesisir Delta Mahakam itu, pemandangan ironi yang dia saksikan. Di antaranya, kondisi permukiman penduduk yang belum berlistrik dan akses menuju sekolah yang begitu sulit karena harus ditempuh sekitar setengah jam menggunakan perahu.

“Nantinya, saya menulis buku cerita anak dengan latar ekosistem mangrove dan cerita pengalaman sehari-hari di Delta Mahakam. Pada intinya, budaya literasi sangat bermanfaat luas dengan berbagai efek domino,” tutupnya. (qi/kri/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X