Kisah Sersan Mayor yang Menjadi Perajin, Tak Ada Latihan, Cuma Lihat-Lihat

- Senin, 18 November 2019 | 09:30 WIB

Usia bukan tolok ukur semangat juang. Seperti Asiman, yang pantang menyerah dalam hal berdagang. Ia aktif menjajakan karyanya dari kerang.

 

KERUTAN yang tampak di tubuhnya, sudah dapat menjelaskan usianya. Namun, binar di balik kaca matanya tak dapat disembunyikan. Juga senyum cerianya, meski deretan gigi itu sudah habis termakan usia.

Tapi pendengarannya masih sangat baik. Tak ada kesulitan dalam berkomunikasi. Tutur katanya pun masih dapat dimengerti. Meski ketika berdiri dan berjalan, tubuhnya tak dapat membohongi.

Dia adalah Asiman Basuni, seorang pengrajin tua yang menetap di wilayah timur Kota Minyak. Meski perawakannya jauh dari kata muda, ia tak lantas berdiam diri.

Sepuluh anaknya telah merantau dengan keluarga baru. Bersama Sa’anah istrinya, dan salah satu anaknya ia tinggal di rumah sederhana. Tangannya begitu telaten, menempelkan kerang-kerang dan cangkang keong tersebut.

Menghubungkan satu per satu hingga berwujud menyerupai hewan. Kemudian memberi warna serta corak di sana. Buaya, penguin, dan burung adalah karakter pilihannya. Juga sebuah tabungan dengan bahan tambahan batok kelapa.

“Ndak ada latihan, cuma lihat-lihat orang di kampung saya dulu. Terus langsung bisa,” tutur kakek asal Pandeglang, Banten ini ketika ditanya tentang keahliannya.

Sejak 20 tahun lalu dirinya menggeluti bidang tersebut. Berjualan di area penangkaran buaya dan beberapa sekolah dasar. Hasil yang diperolehnya memang tidak banyak. Karena harga dagangan kisaran Rp 5 ribu sampai Rp 20 ribu saja.

Akan tetapi, rasa cinta akan pekerjaannya membuat ia terus bertahan. Saat ini, Asiman tidak lagi berjualan di sekitar penangkaran. Karena tingkat pengunjung yang perlahan-lahan mulai berkurang, sedangkan harga sewa kian naik.

Ketika mengenang hal itu matanya berkaca, mengingat kesulitan yang harus dilewati. Akhirnya, ia memutuskan berjualan di pinggir jalan dekat gang rumahnya. Bermodalkan meja kayu kecil tempat memajang hasil karyanya.

Mungkin naluri pantang menyerah yang ia miliki, tak luput dari masa lalu. Nyatanya, pria 92 tahun ini merupakan pensiunan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dengan pangkat sersan mayor.

Ia bahkan sempat berkisah, bagaimana kekejaman para penjajah Belanda dan Jepang sebelum kemerdekaan dulu. Petualangan bersama rekan-rekan saat melakukan siasat perang. Hingga, sejarah tentang pemberian nama kota Balikpapan.

Sungguh mengagumkan, dirinya mengingat setiap detail kejadian lampau itu. Menceritakan setiap perjuangan yang ia lalui. Serta kobaran semangat saat ia masih mengabdi pada negara.

Sampai detik ini, jiwa juang itu masih terasa. Hanya saja, tidak lagi di medan perang. Namun, di dagangan yang ia bawa berkeliling dengan sepeda. Sekarang, harapan Asiman sangat sederhana.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X