Ananda Badudu yang Ingin Kembali Teruskan Karir Bermusik

- Sabtu, 16 November 2019 | 12:57 WIB

Menjadi jurnalis dan musisi sudah dilakoni Ananda Badudu. Namun, begitu memutuskan untuk mengundurkan diri dari dua profesi itu, dia malah jadi punya pengalaman baru. Menjadi salah satu penggalang dana untuk aksi massa. Hingga dia punya julukan baru: aktivis.

 

Dimas Nur Apriyanto, Jakarta, Jawa Pos

 

Sekarang jadi aktivis, ya? Ananda Badudu menjawab pertanyaan itu dengan senyum saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, tersebut mengungkapkan, dirinya lebih nyaman disebut musisi.

’’Predikat itu (aktivis) kayaknya, aku nggak segitunya deh. Tapi, aku ya nggak bisa menolak juga,’’ katanya.

Nanda –begitu dia disapa– menyatakan, beberapa kali datang ke acara, sosoknya dikenalkan sebagai aktivis. Dia tak mau membantahnya karena merasa tak punya hak melarang seseorang memberikan predikat tersebut. Dilihat dari sisi baik, sebutan aktivis merupakan bentuk kepercayaan orang lain untuknya. ’’Geli sih, tapi diterima,’’ ujarnya.

Nanda sebelumnya memang lebih dikenal sebagai musisi. Dia membentuk Banda Neira, band yang beranggota dua orang. Dirinya dan kakak Isyana Sarasvati, Rara Sekar.

’’Lagu-laguku adalah apa yang aku rasakan dan apa yang aku alami. Salah satunya ya berkaitan dengan pengalamanku di jurnalistik, saat masih di Tempo. Aku bukan tipe orang yang pandai berkhayal,’’ ucapnya.

Namun, umur Banda Neira tak panjang. Pada 2016, band tersebut bubar. Bersamaan dengan itu, Nanda mengundurkan diri dari dunia musik.

Pada tahun yang sama, karirnya di Tempo sebagai jurnalis yang dimulai pada 2011 juga diakhirinya. Nanda pindah ke situs berita VICE. Dia mendapat posisi editor. Pekerjaannya lebih banyak dilakukan di kantor. Tidak lagi sering turun ke lapangan. Ternyata, posisi itu membuatnya bosan. ’’Nggak ada adrenalinnya,’’ ujarnya.

Sejumlah liputan besar pernah dihasilkan cucu pakar bahasa J.S. Badudu itu. Dia pernah membongkar kasus suap hakim agung oleh anggota DPR Misbakhun pada 2012. Selain itu, dia pernah bertugas meliput di KPK.

Tak ada Banda Neira, tak ada pula pekerjaan jurnalistik yang membuat Nanda kehilangan wadah mengekspresikan diri. Namun, dia seolah menemukan tempat baru dengan terlibat dalam aksi massa pada September lalu di DPR.

Aksi para mahasiswa itu menyampaikan tujuh tuntutan. Di antaranya, mendesak penundaan dan pembahasan ulang pasal-pasal yang bermasalah dalam RKUHP, mendesak pemerintah dan DPR merevisi UU KPK yang baru saja disahkan dan menolak segala bentuk pelemahan terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, serta menuntut negara untuk mengusut dan mengadili elite-elite yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di Indonesia.

Namun, aksi itu berujung kerusuhan. Nama Nanda tersangkut. Pada 27 September pagi, Nanda dijemput anggota Polda Metro Jaya. Dia diduga terlibat kerusuhan. Tuduhannya, menyuntikkan dana untuk aksi massa pada 23-24 September.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X