Teroris Medan Terpapar Istri yang Intens Temui Napiter

- Jumat, 15 November 2019 | 09:44 WIB

JAKARTA— Densus 88 Anti Teror menemukan fakta baru terkait RMN, pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. RMN diduga terpapar paham radikal dari istrinya yang berinisial DA. Diketahui bahwa DA secara intens mengunjungi napiter di Lapas Wanita Kelas II Medan. Terkuak pula rencana untuk melakukan aksi teror di Bali.

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, istri pelaku bom bunuh diri telah diamankan Rabu malam (13/11). Dalam pemeriksaan diketahui bahwa DA ini lebih dulu terpapar paham radikal dibanding suaminya RMN. ”Diduga DA ini yang membuat suaminya memiliki paham radikal,” ungkapnya.

Petugas juga melakukan penggeledahan di rumah DA. Namun, belum ditemukan adanya bahan peledak. Hanya ditemukan senjata tajam dan sejumlah buku catatan. ”Dari penyelidikan Densus 88 Anti Teror diketahui DA sangat aktif di media sosial,” paparnya.

Dari komunikasi di media sosial itu, petugas mencium adanya rencana aksi teror di Bali. Untuk rencana aksi ini masih dilakukan pendalaman, siapa yang akan menjadi eksekutor dan dimana targetnya. ”Masih didalami.” Terangnya.

Peran DA tidak hanya itu. Densus 88 Anti Teror juga mendeteksi adanya aktivitas yang intens dari DA untuk berkunjuk ke Lapas Wanita Kelas II Medan. Dari hasil pemeriksaan diketahui DA sering mengunjungi napiter berinisial I.

Dia menjelaskan, Densus 88 Anti Teror masih mencari bukti terkait jaringan dari pelaku bom bunuh diri. Apakah memang pelaku ini lone wolf atau terhubung dengan kelompok teroris. ”Hubungan pastinya masih dikaji,” terangnya.

Hingga saat ini jenis dan perakit bom yang meledak di Mapolrestabes Medan belum diketahui. Dedi mengakui bawha daya ledaknya lumayan besar, namun belum bisa dipastikan laboratorium apakah ini high explosive atau olw explosive. ”Tunggu dari labfor kalau ini,” jelasnya.

Berkaitan dengan upaya deradikalisasi yang berjalan selama ini, pemerintah belum melihat perlu ada perubahan pola. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD menyebut, deradikalisasi berjalan seperti biasa. ”Bukan dievaluasi deradikalisasinya, ditingkatkan (kualitasnya),” ungkap Mahfud.

Mahfud menyebutkan bahwa deradikalisasi bukan perkara sederhana. Butuh proses dan tidak bisa dilakukan begitu saja. ”Kalau tindakan melanggar hukum ya dibawa ke hukum, kalau tindakan ideologis dibawa ke wacana, kalau  tindakan ujaran kebencian dibawa ke KUHP kan gitu,” terang mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut.

Saat ini, lanjut Mahfud, aksi terorisme sudah berkurang. Secara kuantitaf, dia menyebutkan bahwa kondisi itu merupakan kabar baik. ”Artinya jumlah teror 2017 dan 2018 itu lebih tinggi dari 2019,” ungkap dia. Selain itu, menurut Mahfud, kinerja aparat kepolisian dalam mengungkap kasus terorisme berjalan baik.

Melalui langkah-langkah antisipasi yang dilakukan, banyak terduga teroris ditangkap sebelum mereka beraksi. Karena itu, dia membantah kejadian di Medan merupakan kebobolan. ”Kalau tidak diantisipasi pasti lebih banyak,” kata dia. ”Yang tertangkap-tangkap itu kan punya rencana semua,” tambah dia.

Pria yang juga pernah dipercaya sebagai menteri pertahanan itu menyampaikan bahwa antisipasi aksi terorisme tidak pernah berhenti dilakukan. Namun demikian, satu atau dua aksi yang terjadi tidak lantas bisa disebut sebagai kebobolan. ”Antisipasi ada, ketika ada peristiwa. Itu jadi pembuka untuk ambil (terduga teroris) yang lain,” imbuhnya.

Sampai kemarin siang, Mahfud menyebut, sudah ada delapan orang ditangkap terkait dengan insiden di Medan. Namun demikian, dia tidak bisa merinci. ”Biar dijelaskan oleh Polri,” ujarnya. Yang pasti setiap aksi terorisme langsung ditindaklanjuti oleh aparat kepolisian. ”Begitu ada bom ditangkap, dicari jaringannya,” kata dia.

Brigjen Dedi Prasetyo menambahkan, jumlah terduga teroris yang ditangkap hingga Kamis sore telah bertambah, dari delapan orang menjadi sepuluh orang. Yakni, lima orang di Riau, tiga orang di Banten, satu orang di Bekasi dan satu orang di Jawa Tengah. ”Masih diteliti hubungannya dengan aksi di Medan,” ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menginginkan agar perusahaan aplikator ojek daring (ojol) menerapkan standar baru terhadap rekrutmen mitra-pengemudi masing-masing. “Rekrutmennya diperketat, harus tatap muka. Yang kedua harus ada teman yang merekomendasikan. Teman ini sudah menjadi driver,” jelas Budi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X