GURU memiliki peran penting dalam pendidikan karakter anak sejak usia dini. Peduli tentang peran guru di Indonesia dalam mendidik penerus bangsa, Amanda Putri Witdarmono mendirikan organisasi We The Teachers (WTT).
Virdita Rizki Ratriani, Lampung, Jawa Pos
Senyum bahagia mengembang di wajah Amanda saat menyambut rombongan Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia di SMA 1 Batu Brak, Lampung Barat. Perempuan 31 tahun itu lalu membimbing kami untuk memasuki ruang kepala sekolah. Dia memberikan penjelasan tentang program We The Teachers dan LDC Indonesia di sekolah tersebut.
Setelah itu, Amanda mengajak kami berkeliling sekolah dan masuk ke salah satu ruang kelas yang riuh oleh suara anak-anak. Di situ, Otik Nawansih tengah mengajarkan pengolahan kopi basah kepada para siswa. Sekitar 70 siswa antusias mengikuti penjelasan dosen teknologi hasil pertanian Universitas Lampung itu.
Dalam satu momen, terlihat seorang siswa, Iwan Saputra, membacakan presentasi tentang cara pengolahan kopi basah. Presentasi itu berisi sejumlah penjelasan yang sebelumnya dipaparkan Otik yang berstatus guru tamu di SMA 1 Batu Brak.
’’Kami survei ke industri dan agronomis untuk melihat apa yang dibutuhkan industri dan apa yang harus dilakukan petani masa depan. Karena ini untuk jangka panjang 5–10 tahun seperti apa,’’ terang lulusan SD Santa Ursula tersebut.
WTT merupakan lembaga yang digandeng LDC, perusahaan pengolah produk pertanian asal Swiss, untuk memberikan pelatihan kepada siswa SMA. Khusus SMA 1 Batu Brak, mereka diberi pengetahuan industri dan keterampilan pertanian kopi. ’’Mayoritas anak di sini adalah anak petani kopi,’’ jelas Amanda.
Materi pelatihan pun berkisar tentang teori penanaman kopi, siklus pertanian kopi, dan ekonomi pertanian. Diharapkan, siswa paham akan teknik penanaman dan pengolahan kopi yang optimal. Selain SMA 1 Batu Brak, WTT telah melakukan pembinaan kepada guru di puluhan sekolah di Indonesia.
WTT lahir karena pengalaman pribadi Amanda. Lulusan jurusan pendidikan dasar (elementary education) Boston University itu merasa peran guru sangat penting baginya dalam beradaptasi di sekolah.
Sebab, Amanda berbeda dengan teman-teman sebanyanya. Saat SD, dia hanya menempuh pendidikan dasar itu selama empat tahun. Masa perkuliahan juga diawali Amanda lebih dini, yakni pada usia 16 tahun. ’’Agak berat karena mental yang berbeda dengan teman-teman,’’ ungkap lulusan SMA Methodist Girls School di Singapura itu.
Usia yang lebih muda daripada teman sebayanya membuat Amanda minder. Meski berstatus teman seangkatan, perbedaan usia membuat Amanda dianggap berbeda oleh teman-temannya.
’’Walau secara jenjang kelas saya sudah di tingkat yang cukup tinggi, kan secara fisik maupun mental sebenarnya saya masih kecil. Sehingga kadang kesulitan beradaptasi dan diejek anak kecil,’’ paparnya. Di situlah Amanda merasakan bahwa peran guru sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang.
WTT muncul saat Amanda berupaya mengerjakan tesisnya pada 2014. Ketika itu, dia mengambil master bidang pengembangan pendidikan internasional (international education development) di Columbia University, AS.