Balikpapan Terima Tujuh Unit Alat Pencacah Plastik

- Selasa, 12 November 2019 | 11:44 WIB

BALIKPAPAN – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Dirjen Bina Marga Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XII memberikan bantuan alat pencacah plastik kepada Pemkot Balikpapan. Serah terima alat ini resmi dilakukan pada Senin, (11/11).

Kota Minyak mendapat bantuan sebanyak tujuh unit alat pencacah plastik. Nantinya alat pencacah plastik ini digunakan untuk membangun jalan dengan campuran aspal dan sampah plastik.

Kepala BPJN XII Budiamin menuturkan, inovasi pembuatan alat pencacah plastik tidak terlepas dari penelitian 2015. Kondisinya saat itu, hasil penelitian menyebutkan Indonesia mendapat peringkat kedua di dunia sebagai negara penghasil sampah kelautan terbesar. Miris karena sekitar 10 persen atau 2,9 juta metrik ton sampah kelautan dunia berada di Indonesia.

Sehingga membuat Kementerian PUPR mencari solusi bagaimana mengurangi sampah plastik. Terutama sebagian besar 60 persen yang sulit termanfaatkan adalah plastik jenis kantong kresek. Ternyata plastik bisa menjadi bahan tambahan dalam proses pengaspalan. Pihaknya sudah melakukan uji gelar di beberapa daerah selama 2017-2018.

Misalnya pembangunan jalan sepanjang 200 meter di Makassar. Kemudian implementasi pembangunan jalan sepanjang 1 kilometer di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pusat Penelitian Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Kementerian PUPR mengatakan, jalan dengan campuran aspal dan plastik memiliki tingkat stabilitas dinamis atau lebih kuat sebesar 40 persen dibanding aspal biasa.

Pihaknya merasa ada beragam manfaat lebih dari campuran aspal dan plastik tersebut. Pertama campuran membuat hasil lebih kokoh. Kedua tahan terhadap pengaruh air karena keberadaan selaput plastik membungkus material. Itu membuat ikatan cukup kuat alias tidak gampang tembus air.

“Terutama bernilai ekonomi bagi pemulung dan bantu pemerintah daerah memerangi sampah plastik jenis kresek,” sebutnya. Dia menjelaskan, BPJN XII siap bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum setempat untuk pemanfaatan jalan berbahan campuran aspal dan plastik itu.

Dia memberikan gambaran potensi ke depan yang sangat besar. Berdasarkan perhitungan penelitian, 1 ton campuran aspal membutuhkan 3,6 kilogram cacahan plastik. “Bayangkan dengan berat sebesar itu bagaimana banyaknya sampah bisa berkurang, mungkin setara 6 karung plastik,” bebernya.

Lebih rinci lagi, jika membangun jalan 1 kilometer dengan lebar 7 meter dan tebal 5 sentimeter maka akan membutuhkan sekitar 3 ton plastik. Komposisi campuran biasa saja, 4-6 persen dari kadar aspal. “Kami dari Kementerian PUPR berpikir manfaat dari penyelamatan ekonomi dan pengurangan sampah plastik,” imbuhnya.

Sementara itu, perwakilan PT Barata Indonesia Muhammad Arizky sebagai produsen alat pencacah plastik menjelaskan, mesin cacah memiliki kapasitas sebesar 15-20 kilogram per jam dan menggunakan motor listrik daya sebesar 3.000 watt. Ukuran cacahan plastik sekitar 4-6 milimeter. Plastik perlu proses pencacahan agar bisa bercampur dengan baik bersama aspal.

“Ini kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada yang membuat desain mesin. Sementara Barata Indonesia sebagai pabrik atau produsen mesin,” ungkapnya. Dia menjelaskan, plastik yang bisa digunakan untuk campuran aspal juga harus melalui proses pemilahan sebelumnya.

Pertama kriteria plastik yang bisa masuk ke mesin pencacah, yakni bersih. Plastik harus bebas dari benda keras yang nanti bisa merusak pisau mesin. Kemudian plastik harus kering agar kapasitas maksimal. “Bersihkan plastik dari kotoran dan benda keras, setelah kering tinggal nyalakan mesin dengan daya listrik minimal 5.000 watt,” tuturnya.

Mesin cacah memiliki control panel dan tuas untuk mendorong masuk plastik ke pisau. Nominal alat ini berkisar seharga Rp 25 juta per unit. Pabriknya berada di Gresik, Jawa Timur. Alat ini sudah tersebar di beberapa daerah di Tanah Air. Namun untuk di Kalimantan, baru Balikpapan dan Samarinda yang memiliki alat pencacah plastik tersebut.

Arizky menambahkan, alat ini tidak membutuhkan perawatan khusus. Namun cukup memerhatikan beban yang masuk. “Kalau pisau jika tumpul bisa digerinda sendiri atau asah. Misalnya pisau ingin diganti juga bisa mudah dicari,” imbuhnya. Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Kementerian PUPR Sudirman mengatakan, nantinya alat pencacah plastik dari pemerintah ini diberikan kepada kelompok masyarakat seperti bank sampah.

Namun karena tidak bisa langsung ke kelompok masyarakat, sehingga pemberian alat perlu melalui pemerintah daerah. Kementerian PUPR bisa memanfaatkan cacahan untuk campuran aspal. “Kami ingin membantu lingkungan plastik yang selama ini terpapar hingga ke laut. Kemudian meningkatkan ekonomi di masyarakat bawah seperti pemulung dan bank sampah,” sebutnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X