BNPT Masih Khawatir Kelompok Pendukung Terorisme

- Selasa, 12 November 2019 | 11:28 WIB

JAKARTA— Kelompok teroris di Indonesia masih berpeluang berkembang di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) masih mengkhawatirkan kondisi tersebut, kendati banyak langkah telah dilakukan mencegah bertambahnya pendukung kelompok teroris.

Kasubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan Deputi I BNPT Kolonel Sujatmiko menuturkan, sesuai dengan penelitian dan survey dari Alvara pada 2018 terkait tipologi muslim milenial terdapat tiga kelompok. Yakni, berorientasi nasionalis sebesar 35,8 persen, lalu berorientasi nasionalis religius sebesar 40,9 persen dan 23,3 persen merupakan kelompok yang berorientasi religius. ”Kelompok ini memiliki karakter berbeda,” urainya.

Untuk yang berorientasi nasionalis merupakan umat Islam yang menganggap tidak boleh ada ideologi selain pancasila di Indonesia. lalu, pancasila dinilai kelompok ini tidak bertentangan dengan syariat Islam. ”Dalam bermasyarakat harus memperhatikan norma adat yang berlaku,” paparnya.

Kelompok berorientas nasionalis religius sedikit berbeda dengan nasionalis. Kelompok ini merupakan umat Islam yang berpandangan agama dan negara bisa saling melengkapi. Lalu, Islam dipandang sebagai agama cinta damai. ”Tapi, di sisi lain kelompok ini tetap mendukung penerapan perda syariah di Indonesia,” ujarnya.

Kelompok ketiga yang berorientasi religius hampir bertolak belakang dengan kelompok nasionalis. Yakni, kelompok ini merupakan umat Islam yang cenderung mendirikan negara Islam di Indonesia. Mereka memandang semua pemimpin dari berbagai tingkatan harus dari kalangan Islam. ”Bahkan, kelompok ini menolerir penggunaan kekerasan dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar,” jelasnya.

Menurutnya, kelompok nasionalis religius yang besarnya 40,9 persen ini masih berpeluang ditarik menjadi kelompok berorientasi religius yang hanya 23,3 persen. Hal itu dikarenakan masih ada kelompok teroris yang terus melakukan rekrutmen. ”Kelompok ini ada dan sangat nyata, memiliki organisasi, tujuan dan produk,” tuturnya.

Rekrutmen yang dilakukan kelompok tersebut terjadi dimana-mana, seperti kampus, ormas dan lainnya. Media sosial juga menjadi salah satu jalur rekrutmen mereka. ”Maka, jangan terjebak dengan narasi-narasi yang mereka munculkan,” paparnya dalam diskusi bertajuk bangkitkan nasionalisme bersama tangkal radikalisme dan terorisme di Geddung Tribrata kemarin.

Menurutnya, sebenarnya ini merupakan akar permasalahan sebelum terjadinya aksi teror. Langkah doktrinisasi dan radikalisasi masih dijalankan kelompok semacam itu. ”Ini yang harus menjadi peringatan bagi kita,” tuturnya.

BNPT telah melakukan sejumlah langkah untuk menghadapi semua itu. salah satunya, dengan kontraradikalisasi. Dia mengatakan, berbagai wacana dari kelompok teroris telah coba untuk dibantah. Misalnya, soal jihad yang dipandang harus secara fisik. ”Kita telah gaungkan jihad yang sebenarnya untuk melawan wacana itu,” tuturnya.

Langkah deradikalisasi terhadap para mantan anggota kelompok teroris juga telah berhasil. Dari 632 mantan napiter, hampir tidak ada yang kembali melakukan aksi teror. ”0,0 sekian persen yang kembali melakukan teror,” paparnya.

Sementara Sekjend PP ISNU Kholid Syeirazi menjelaskan, sebenarnya kelompok semacam ini tumbuh subur karena kehidupan yang menyempit. Akses pendidikan, kesehatan dan ketimpangan membuat orang memilih alternative lainnya. ”Ini merupakan ideologi kematian yang tumbuh akibat kehidupan menyempit,” ujarnya.

Bila kemiskinan, pengangguran dan kesehatan diperbaiki pemerintah. Tentu, akan mengurangi kelompok tersebut. ”Itu yang perlu jadi fokus pemerintah,” paparnya kemarin. (idr)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB
X