Harga CPO Terus Melesat, Pengusaha Harus Manfaatkan Peluang

- Selasa, 12 November 2019 | 10:33 WIB

SAMARINDA -Tampak suram pada awal tahun, harga crude palm oil (CPO) rupanya mulai melesat jelang akhir 2019. Bahkan, harga CPO diprediksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) masih terus meningkat hingga tahun depan. Hal itu disebabkan pasokan diprediksikan menipis untuk tahun depan akibat kondisi kekeringan yang melanda Asia Tenggara.

Harga CPO global sepanjang semester I 2019 rata-rata hanya mencapai USD 492 per metrik ton. Sedangkan harga rata-rata CPO triwulan ketiga mencapai USD 541 per metrik ton. Diprediksi stok minyak sawit akan turun 2-3 juta ton dalam 12 bulan ke depan dari 14,7 juta ton pada September.

Penurunan pasokan terjadi di tengah permintaan yang tinggi sehingga harga akan terus melesat. Harga CPO di pasar global diyakini menyentuh USD 750 per ton tahun depan. Selain implementasi program pencampuran biodiesel 30 persen, (B30) oleh Indonesia mulai Januari 2020 yang akan menjadi pendobrak dari harga CPO, produksi yang melemah di negara produsen sawit terbesar dunia juga menjadi pemicu merangkaknya harga komoditas tersebut.

Pembina Gapki Kaltim Azmal Ridwan mengatakan, terus melesatnya harga CPO merupakan bukti bahwa pelemahan kemarin merupakan fluktuasi biasa. Harga CPO pasti memiliki waktu peningkatan, pihaknya sudah cukup lama memperhatikan bagaimana fluktuasi bulanan setiap tahun. Penurunan pasti terjadi, tapi peningkatan juga pasti ada.

Setidaknya ada tiga faktor yang mendongrak penguatan harga sawit, yaitu permintaan dari Tiongkok, India, dan program biodiesel dari Indonesia. Sebagai informasi, India dan Tiongkok merupakan konsumen utama minyak kelapa sawit dunia. Kedua negara itu menjadi tujuan ekspor CPO Kaltim.

“Dari Indonesian palm oil conference (IPOC) di Bali minggu lalu, Tiongkok sudah membuka kesempatan untuk CPO kita, begitu juga India,” katanya. Dia menjelaskan, dengan ekspansi pasar yang sudah terlihat tinggal bagaimana pemerintah dan pelaku usaha memanfaatkan peluang ini. Peluang ekspor yang bisa dilakukan ke Tiongkok dan India merupakan angin segar bagi CPO Kaltim. Namun, tidak boleh terlalu terlena dengan ekspor mentah.

“Jangan larut oleh ekspor CPO, B30 dan industri hilir lainnya di Kaltim juga harus bergerak cepat. Artinya kita tidak hanya bisa ekspor CPO, namun juga harus ekspor turunan CPO,” pungkasnya. (ctr)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X