Sriwijaya Pilih Akhiri Kerja Sama dengan Garuda

- Senin, 11 November 2019 | 22:40 WIB

JAKARTA– Sempat mengalami pasang surut, hubungan kerja sama antara Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia Group terancam kandas. Pihak Sriwijaya tengah mempersiapkan sejumlah langkah untuk mengakhiri kerja sama manajemen (KSM) yang dijalin sejak November 2018 itu. Selanjutnya, Sriwijaya memilih kembali menangani manajemen secara mandiri.

”Sejak kemarin (Sabtu, 9/11, Red) Sriwijaya berusaha keras untuk mengaktifkan seluruh rute penerbangannya sendiri atau dengan bekerja sama dengan pihak lain di luar GA Group. Sriwijaya kembali mengaktifkan sendiri layanan servis pesawat, line maintenance, ground handling, dan katering sendiri tanpa kerja sama dengan GA Group,” ungkap pengacara yang juga salah seorang pemegang saham PT Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra.

Pekerjaan-pekerjaan itu, kata Yusril, sebelumnya memang ditangani Sriwijaya sendiri. Namun, setelah kerja sama dengan Garuda Indonesia Group, semua pelayanan tersebut diambil alih anak perusahaan Garuda.

Yusril mengakui bahwa ada permasalahan pada KSM itu. Salah satunya, ada instruksi mendadak dari Garuda Indonesia Group kepada semua anak perusahaannya (GMF, Gapura Angkasa, dan Aerowisata) untuk memberikan pelayanan kepada Sriwijaya dengan cara pembayaran cash di muka. ”Kalau tidak bayar cash di muka diperintahkan agar tidak memberikan pelayanan servis dan maintenance apa pun kepada Sriwijaya,” katanya di Jakarta Sabtu (9/11).

Menurut Yusril, hal itu tidak sesuai dengan kesepakatan kerja sama di awal. Sriwijaya pun menolak perubahan sistem pembayaran yang dianggap tidak fair. Akibat instruksi mendadak itu pula, ungkap Yusril, terjadi kekacauan pada sebagian besar penerbangan Sriwijaya pada Kamis (7/11) gara-gara terhentinya pelayanan anak-anak perusahaan Garuda.

Mantan menteri kehakiman dan HAM tersebut mengatakan, kerja sama dengan Garuda dianggap merugikan karena terlalu banyak konflik kepentingan antara anak perusahaan Garuda dan Sriwijaya. ”Performance Sriwijaya tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih Garuda Group melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu,” ungkapnya.

Kedua pihak semula mau menyelesaikan draf perpanjangan perjanjian kerja sama. Namun, lantaran terjadi kebuntuan dalam menyusun board of directors (BOD), para pemegang saham Sriwijaya memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan KSM dengan Garuda Indonesia Group.

”Nota pemberitahuan pengakhiran kerja sama itu dikirimkan ke Garuda, Citilink, dan GMF pada Sabtu lalu (9/11). Sriwijaya juga memberitahukan secara resmi kepada menteri perhubungan bahwa manajemen Sriwijaya kini diambil alih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya,” papar pemeran utama film Laksamana Cheng Ho itu.

Sebagai langkah awal pengakhiran kerja sama, terang Yusril, para pemegang saham telah memutuskan untuk mengangkat BOD Sriwijaya yang baru yang seluruhnya berasal dari internal Sriwijaya Air. Pihak Sriwijaya juga telah mengembalikan semua tenaga staf perbantuan dari Garuda Group untuk tidak bekerja lagi di Sriwijaya.

Langkah selanjutnya, jelas Yusril, pihaknya akan mengundang Garuda Group untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerja sama. Pihaknya meminta BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya selama manajemen yang direksinya mayoritas berasal dari Garuda Group untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya selama dipegang Garuda.

Sementara itu, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya penundaan dan pembatalan sejumlah penerbangan. Sriwijaya memastikan bahwa seluruh pelanggan akan menerima kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. ”Sebagai maskapai yang patuh terhadap peraturan, Sriwijaya Air berkomitmen penuh untuk menunaikan kewajibannya kepada seluruh pelanggan sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan regulator, yakni Kementerian Perhubungan Republik Indonesia,” katanya.

Sriwijaya Air hingga kini terus memantau semua kegiatan operasional di seluruh wilayah yang dilayaninya. ”Terkait gangguan tersebut, kami telah melakukan beberapa upaya recovery. Saya mewakili manajemen sangat mengapresiasi kinerja seluruh karyawan karena sebagian besar jadwal penerbangan Sriwijaya Air sudah kembali beroperasi secara normal,” ujar Jefferson.

Hingga tadi malam, Jawa Pos yang menghubungi pihak Garuda Indonesia belum mendapatkan respons dan konfirmasi mengenai masalah tersebut.

Sementara itu, pengamat penerbangan Alvin Lie menyayangkan KSM yang berpotensi terhenti. Menurut dia, langkah Garuda dan Sriwijaya membentuk KSM sebenarnya merupakan keputusan yang sangat strategis. Apalagi, Sriwijaya Group mempunyai sekitar enam ribu karyawan yang dipekerjakan. Akan menjadi isu besar jika perusahaan tiba-tiba mandek.

Menurut Alvin, kala itu Garuda juga mempertimbangkan kelancaran pembayaran utang oleh Sriwijaya bila mereka berhenti beroperasi. Garuda sebagai penugasan BUMN harus mengamankan aset negara berupa piutang. Pertimbangan keseimbangan industri penerbangan juga akan terganggu bila Sriwijaya berhenti.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X