Lebih Baik Terjun Langsung daripada Membual

- Minggu, 10 November 2019 | 23:22 WIB

Aktif dengan komunitas pencinta lingkungan di Samarinda, membuat M Wawan Adi Saputro sadar perbedaan kehidupan dua kota. Dia masuk GMSS-SKM dua tahun lalu, lalu aktif di komunitas Gemmpar.

 

SAMPAI sekarang, persoalan kebersihan lingkungan dia perhatikan. Begitu jauh kesadaran masyarakat Samarinda terhadap lingkungan dengan kota kelahirannya, Bontang. “Aku tak malu diejek ‘tukang sampah’. Di sini aku membersihkan bukan menyampah,” kata Wawan.

Komunitas yang dia tekuni tersebut mengadakan kegiatan bersih-bersih kota. Jumlah pasukan yang datang bisa terhitung jari. Hal serupa juga dia alami saat merekrut “prajurit” untuk membersihkan Kota Bontang saat banjir melanda, Juni lalu.

Namun, terlihat perbedaan semangat untuk membersihkan, dengan mereka yang hadir tanpa melakukan apapun. “Aku pasti marah kalau lihat mereka datang cuma mungut sedikit, lalu selfie. Lebih baik gak usah datang,” ujar mahasiswa semester lima FKIP Biologi di Universitas Mulawarman itu.

Pertanyaan-pertanyaan tentang manfaat dirinya di masyarakat setelah lulus nanti cukup menghantui pikiran. Dengan demikian, tebersit untuk membuat kelompok Bontang Zero Waste Warrior. Bersamaan dengan kawan-kawan dengan pemikiran serupa, mereka bergerak bersama membersihkan puing-puing sampah di Kota Bontang.

“Awalnya memang di Beras Basah, sembari mengedukasi wisatawan dengan poster,” tuturnya. Saat banjir melanda kota kelahirannya Juni lalu, banyak cuitan warga menyalahkan pemerintah. “Aku ajak mereka bersih-bersih. Salah satunya di jembatan rusunawa yang menghasilkan 3,64 ton sampah. Saat aku post di laman Facebook tenar banget, soalnya ada kasur juga,” kata Wawan.

Semua hal yang ia lakoni merupakan bentuk pengamatannya selama aktif di GMSS-SKM dan Gemmpar. Pemuda berkacamata itu juga mengungkapkan, para pendiri kedua komunitas tersebut merupakan idolanya. Pengalaman yang dia dapat dan pengetahuan tentang sungai merupakan hal berharga. “Aku tahu tentang reboisasi sungai, lingkungan, dan semuanya dari mereka,” tuturnya.

Wawan mengklaim dirinya hanyalah manusia yang terlahir dari keluarga biasa. Jadi, mimpi menginjakkan kaki ke salah satu kota di Benua Eropa tak pernah terbayangkan. “Ayahku penjahit sepatu, ibuku tukang jamu. Waktu pertama lihat aku update status di Facebook, mereka sempat terheran-heran, ngapain sih anaknya ini di Samarinda bersih-bersih kota, apalagi kakak,” tuturnya sembari tertawa.

Apalagi ia ke Oslo dapat menceritakan langsung pentingnya menjaga sungai, sebagai anak dari lautan pada ajang Our Ocean Youth Summit 2019. (*/yui/kri/k16) 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X