GUNUNG TABUR–Untuk menarik wisatawan datang, Kelurahan Gunung Tabur membangun landmark, bertuliskan Gunung Tabur. Landmark tersebut persis di bibir Sungai Segah dan di depan Museum Batiwakkal.
Lurah Gunung Tabur Lutfi Hidayat mengatakan, pembangunan itu merupakan inisiatif pihaknya. Agar menambah ruang publik dan tempat rekreasi yang diperuntukkan secara umum bagi masyarakat sekitar. Sekaligus meningkatkan kunjungan di objek wisata sekitar landmark, seperti Museum Batiwakkal yang hingga kediaman putri keraton.
“Untuk biaya pembangunannya menggunakan dana corporate sosial responbility(CSR) perusahaan tambang. Kisaran Rp 148 juta,” katanya saat diwawancarai Berau Post(jaringan Kaltim Post Group).
Landmark Gunung Tabur itu akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Misalnya, sebagai sarana hiburan dan destinasi wisata.
Di samping itu, ikon terbaru Gunung Tabur digunakan sebagai sarana aktivitas seni dan kebudayaan. “Setiap Sabtu malam disajikan berbagai musik. Seperti penampilan band, tari-tarian, hingga kegiatan seni tradisional lainnya,” tutur dia.
Lanjut Lutfi, dirinya berkeinginan keberadaan landmark bisa memajukan pedagang kuliner di Gunung Tabur. Secara tidak langsung, keberadaan ikon terbaru itu akan menjadi daya tarik wisatawan lokal.
“Pasti orang yang datang sambil makan dan minum, sekalian dapat menikmati musik,” imbuhnya.
Pembangunan landmark ternyata belum sepenuhnya selesai. Sebab, pria yang sudah beberapa tahun terakhir menjabat lurah itu mengungkapkan, masih akan ada tulisan lanjutan. Yaitu, moto dari Kelurahan Gunung Tabur, yakni Basinang.
Kelanjutan pembuatan tulisan tersebut ditarget selesai pertengahan November. “Tinggal tanggung jawab masyarakat untuk menjaga dan merawat fasilitas yang sudah dibangun, agar tetap terpelihara dengan baik,” (*plp/arp/dra2/k8)