Berguru ke Darwis Triadi, Pegang Kalimat Ali bin Abi Thalib

- Kamis, 7 November 2019 | 11:54 WIB

Achmad Zulkarnaen, pria ini patut menjadi panutan. Memiliki kekurangan fisik tak menjadikannya berkecil hati. Bahkan dia mampu membuktikan apa itu arti kehidupan. Selama yakin dan mau berusaha, pasti ada jalan terang.

 

DWI AGUS, Jogja, Radar Jogja

 

Ada yang berbeda dari perhelatan Canon Photo Maraton di Sleman City Hall (SCH), hari Minggu lalu (3/11). Di tengah ribuan fotografer, sosok Achmad Zulkarnaen mampu mencuri perhatian. Fisiknya yang sangat terbatas tak mematahkan semangatnya dalam berburu foto.

Pria kelahiran Banyuwangi, 7 Oktober 1992, ini memiliki fisik berbeda. Kedua tangan dan kedua kakinya tumbuh tak sempurna. Kondisi ini sudah berlangsung sejak dia lahir. Walau begitu, pria yang akrab disapa Bang Zoel ini tak ingin berlarut dalam keterbatasan.

“Pencipta selalu memiliki jalan untuk seluruh mahluk ciptaannya. Harus tetap semangat menjalani cita-cita. Kalau saya, ya melalui dunia fotografi,” jelasnya saat ditemui di sela-sela perburuan foto.

Usai meneguk sebotol air mineral, pria berusia 27 tahun ini menceritakan perjalanan hidupnya. Awal mula mengenal dunia fotografi justru berawal dari ketidaksengajaan. Zoel didapuk menjadi seorang juru foto. Tugasnya mengabadikan foto wajah untuk keperluan KTP elektronik.

Persinggungan tak sengaja ini menggugah semangatnya. Bermodalkan tekad dan nekat, Zoel memberanikan diri kredit kamera jenis Digital Single Lens Reflex (DSLR). Kamera pertamanya jenis entry level yaitu Canon EOS 1100D.

Untuk menebus kamera, Zoel rela tidak menerima gaji. Tidak main-main, dia harus “berpuasa” selama tiga tahun. Hampir seluruh gajinya digunakan untuk membayar sang pujaan hati. Namun berbekal tekad yang kuat, dia justru bisa menembus pintu kesuksesan.

“Kerja di kantor advokat dan gajinya untuk bayar kredit kamera. Harganya kalau tidak salah sekitar Rp 5 jutaan saat itu. Setelah kredit selesai, baru sadar ternyata selisih harganya cukup banyak. Tapi enggak apa-apa, saya yakin itu bagian dari proses,” kenangnya.

Tak terhenti sampai memiliki kamera. Perjalanan justru baru dimulai saat DSLR sudah berada di genggaman. Pertama, Zoel harus beradaptasi dengan beragam tombol kamera. Diakuinya itu tak mudah, apalagi tombol DSLR cukup banyak.

Pria yang tak merampungkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Banyuwangi ini harus belajar selama lima bulan. Mulai dari tombol shutter, ring fokus, hingga pengaturan diafragma. Hebatnya, Zoel memilih mode manual saat melakukan pemotretan.

“Pakai mulut juga untuk memutar salah satu tombol dan mengganti baterai. Nah, kalau yang konsep studio lighting minta bantuan teman. Karena selain berat, tinggi peralatan juga melebihi tinggi badan tubuh saya,” katanya.

Seiring waktu, peralatan “perang” terus berganti. Kini Zoel telah berkalungkan Canon EOS 6D. Kamera ini selalu menemami kemana pun dia pergi. Baik saat berburu foto panorama maupun melayani permintaan klien.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X