Tekanan Inflasi Bakal Lebih Berat

- Kamis, 7 November 2019 | 10:42 WIB

Laju inflasi di Kaltim tahun depan diproyeksi bakal lebih tinggi. Sebab akan banyak tantangan yang dihadapi, seperti kenaikan di sejumlah komponen administered prices (AP) seperti cukai rokok, tarif listrik, serta iuran BPJS hingga harga emas.

 

BALIKPAPAN – Tak hanya tekanan dari administered price, inflasi Kaltim juga bisa dipicu dari meningkatnya permintaan konsumsi sebagai dampak perpindahan ibu kota negara (IKN) mulai tahun depan. Jika tidak diimbangi dengan sulpai yang cukup, ini juga menjadi tantangan tersendiri. Selain itu masih ada peluang kenaikan dari sejumlah komoditas.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan kerja sama perdagangan antardaerah menjadi opsi untuk bisa meredam gejolak inflasi. Terutama Balikpapan yang nantinya berperan sebagai penyangga. Dan saat ini masih banyak mendatangkan stok bahan pangan dari luar daerah.

“Masyarakat akan berkompetisi dalam mengonsumsi. Yang perlu dipikirkan adalah regulasinya. Pemerintah bisa mengatur itu, siapa yang menjadi operator pangannya. Perusda bisa menunjuk pedagang besar menjadi asosiasi sebagai operator di lapangan," tuturnya.

Ia menyampaikan, pada akhir tahun ini inflasi masih terjadi yang berasal dari permintaan tinggi untuk daging ayam ras. Padahal pasokan tak terlalu banyak. Pihaknya menilai saat ini secara year-to-date (ytd) inflasi masih di bawah 2 persen. Dengan demikian apabila menggunakan skenario terburuk, inflasi hingga akhir tahun ini paling besar masih berada di kisaran 3 persen.

“Daya beli masyarakat lebih baik karena tekanan lebih rendah. Kemudian juga harus melihat bagaimana produk domestik regional bruto (PDRB) dulu,” imbuhnya. Selain itu, ia memproyeksikan pada 2020 tantangan inflasi berasal dari tingginya harga emas. Saat ini fluktuasi harga emas memang belum memberikan dampak karena dibayangi oleh turunnya harga pangan.

Terlebih hingga kini kondisi ekonomi global yang melambat bisa makin buruk. Kondisi itu dengan mempertimbangkan penurunan proyeksi pertumbuhan global baik Tiongkok maupun Eropa. Hal tersebut bisa memacu gejolak sehingga emas menjadi penempatan aset yang paling aman adalah emas dan mengakibatkan harganya bisa melambung tinggi.

Dia menegaskan deflasi yang melanda Kaltim bukan dikarenakan komponen yang berkaitan dengan daya beli masyarakat, melainkan karena koreksi harga sayuran yang sudah sewajarnya setelah naik tajam.

Secara keseluruhan, Kaltim yang mencakup Samarinda dan Balikpapan masih dilanda tingkat deflasi sebesar 0,37 persen pada Oktober 2019. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim pada Oktober 2019, masing-masing terjadi deflasi 0,12 persen di Samarinda dan deflasi sebesar 0,69 persen di Balikpapan. 

Kepala KPw BI Kaltim Tutuk Cahyono juga mengatakan, untuk menahan tekanan tersebut, pihaknya akan berfokus dalam mengendalikan komoditas pangan yang bersumber dari kelompok volatile food. Selain itu, terkait dengan aktivitas IKN juga ikut memberi tekanan pada peningkatan permintaan komoditas pendorong inflasi. Untuk itu, kerja sama antardaerah yang menjadi sentra produksi harus diperkuat.

“Hal ini harus dibarengi dengan strategi untuk meningkatkan pasokan, lebih lancarnya distribusi, monitoring dan koordinasi yang lebih aktif, serta komunikasi yang lebih efektif agar inflasi tetap terjaga rendah dan stabil,” jelasnya.

Di sisi lain, Tutuk juga mengharapkan peningkatan permintaan bisa menjadi peluang bagi pelaku usaha di Kaltim untuk dapat memenuhi barang dan jasa yang dibutuhkan, supaya dapat meningkatkan perekonomian.

Selama triwulan terakhir, Kaltim mengalami deflasi dimulai dari Agustus 2019-Oktober 2019. Adapun penyebab utama deflasi pada Oktober 2019 adalah penurunan tarif angkutan udara yang memasuki fase low season. Ia menyebutkan, dalam sisa waktu 2019 ini, tarif angkutan udara akan mengalami rebound karena akan menghadapi Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) dan libur sekolah akhir tahun.

“Dengan demikian akan terjadi inflasi pada akhir tahun yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut dikarenakan pasokan pangan,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X