Harga CPO Terus Melesat, Pengusaha Harus Manfaatkan Peluang

- Kamis, 7 November 2019 | 10:39 WIB

SAMARINDA- Tampak suram pada awal tahun, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) kembali melesat jelang akhir 2019. Bahkan, harga CPO diprediksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) akan terus meningkat hingga tahun depan. Sebab pasokan diprediksi menipis untuk tahun depan akibat kondisi kekeringan yang melanda Asia Tenggara.

Harga CPO global sepanjang semester I 2019 rata-rata hanya di angka USD 492 per metrik ton. Sedangkan harga rata-rata CPO pada triwulan ketiga menyentuh USD 541 per metrik ton. Diprediksi stok minyak sawit akan turun 2-3 juta ton dalam 12 bulan ke depan dari 14,7 juta ton pada September. Penurunan pasokan terjadi di tengah permintaan yang tinggi sehingga harga akan terus melesat.

Harga CPO di pasar global diyakini mampu menyentuh USD 750 per ton tahun depan. Selain implementasi program pencampuran biodiesel 30 persen (B30) oleh Indonesia mulai Januari 2020 yang akan menjadi pendobrak dari harga CPO, produksi yang melemah di negara produsen sawit terbesar dunia juga menjadi pemicu merangkaknya harga komoditas tersebut.

Pembina Gapki Kaltim Azmal Ridwan mengatakan, terus melesatnya harga CPO merupakan bukti bahwa pelemahan kemarin merupakan fluktuasi biasa. Harga CPO pasti memiliki waktu peningkatan, pihaknya sudah cukup lama memerhatikan bagaimana fluktuasi bulanan setiap tahun. Penurunan pasti terjadi, tapi peningkatan juga pasti ada.

Setidaknya ada tiga faktor yang mendongkrak penguatan harga sawit, yaitu permintaan dari Tiongkok, India, dan program biodiesel dari Indonesia dan Malaysia. Sebagai informasi, India dan Tiongkok merupakan konsumen utama minyak kelapa sawit dunia. Kedua negara itu menjadi tujuan ekspor CPO Kaltim.

“Dari Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) di Bali minggu lalu, Tiongkok sudah membuka kesempatan untuk CPO kita, begitu juga India,” katanya Rabu (6/11).

Dia menjelaskan, dengan ekspansi pasar yang sudah terlihat tinggal bagaimana pemerintah dan pelaku usaha memanfaatkan peluang ini. Peluang ekspor yang bisa dilakukan ke Tiongkok dan India merupakan angin segar bagi CPO Kaltim. Namun, tidak boleh terlalu terlena dengan ekspor mentah.

“Jangan larut oleh ekspor CPO, B30 dan industri hilir lainnya di Kaltim juga harus bergerak cepat. Artinya kita tidak hanya bisa ekspor CPO, namun juga bisa harus ekspor turunan CPO,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X