THESSALONIKI– Puluhan imigran hanya bisa pasrah saat polisi membuka pintu belakang truk yang mereka naiki Senin (4/11). Total, ada 41 orang dalam truk yang melintas di tol Egnatia yang menghubungkan Kota Xanthi dan Komotini di Yunani itu.
Dua orang berasal dari Iran dan Syria. Sedangkan 39 sisanya berasal dari Afghanistan. Enam di antara 41 imigran itu anak-anak.
”Operasi polisi masih berlangsung. Tapi, kami yakin truk itu masuk dari Turki,” ujar juru bicara kepolisian Letnan Kolonel Theodoros Chronopolous seperti dikutip The Guardian.
Seluruh imigran laki-laki. Tujuh orang sempat dilarikan ke rumah sakit karena mengalami masalah pernapasan. Sisanya dibawa ke kantor polisi untuk proses identifikasi.
Kendaraan yang mereka gunakan sejatinya merupakan truk kontainer berpendingin yang biasanya dipakai untuk mengangkut sayuran, daging, dan makanan beku lain. Namun, saat mereka ditemukan, pendingin di truk tersebut mati.
Polisi mengungkapkan, pihaknya berpatroli di tol tersebut saat melihat truk bermuatan puluhan imigran itu. Petugas curiga karena truk tersebut berwarna putih bersih tanpa tulisan apa pun di area kontainer. Padahal, biasanya di truk semacam itu ada logo perusahaan. Karena itu, petugas akhirnya menghentikan dan memeriksa kendaraan tersebut.
Pengemudi truk diperkirakan berusia 40-an tahun dan telah ditahan. Dia adalah penduduk Georgia. Polisi saat ini mencari pria Turki yang diduga terkait dengan penyelundupan manusia tersebut. Belum diketahui negara tujuan akhir para imigran itu. Namun, biasanya Inggris yang merupakan salah satu negara terkaya di Eropa menjadi jujukan utama.
Negara-negara Eropa kini getol berpatroli setelah penemuan 39 jenazah imigran Rabu (23/10). Mereka ditemukan dalam truk berpendingin yang digeletakkan di Essex, Inggris. Mayoritas korban adalah imigran dari Vietnam. Pemerintah Inggris sudah menahan 2 orang yang terlibat kasus itu, sementara Vietnam menangkap 8 orang.
Bagi Yunani, para imigran tersebut menjadi beban tersendiri. Jumlah imigran dan pencari suaka yang transit di Yunani melonjak tajam sejak 2015. Kala itu lebih dari satu juta pengungsi berbondong-bondong menuju negara-negara Eropa. Mayoritas pengungsi berasal dari Syria. Mereka berangkat dari Turki ke Yunani, lalu berjalan ke negara lain yang hendak dituju.
Kementerian Perlindungan Sipil Yunani mengungkapkan, saat ini diperkirakan 35 ribu imigran berada di kamp-kamp di Lesbos, Samos, dan pulau-pulau lain yang dekat dengan Turki. Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Fasilitas penampungan amat minim.
Saat ini kedatangan anak-anak tanpa orang tua maupun kerabat yang lebih tua juga ikut melonjak. Sejak Juli, sekitar seribu anak di bawah umur tiba di Yunani. Secara keseluruhan, ada lebih dari 5 ribu pengungsi anak di negara tersebut. Puluhan bahkan mungkin ratusan di antaranya kini menghilang, tak tentu rimbanya.
Kesepakatan yang dibuat antara Eropa dan Turki tidak berjalan dengan baik. Pun demikian dengan sistem pembagian pencari suaka di Benua Biru. Juli lalu pemerintah Yunani berjanji mendeportasi sekitar 10 ribu imigran pada akhir 2020. Para imigran yang dirasa tidak memenuhi syarat akan didepak dari negara tersebut. (sha/c11/dos)
Usaha Gagal Imigran Ilegal