DUA nama yang diusulkan Bupati Edi Damansyah ke DPRD Kukar, sebenarnya sudah ada tanda-tanda beberapa bulan lalu. Edi pernah mengatakan tidak ingin terburu-buru menentukan wakil bupati.
Hal itu bukan lantaran dia tak ingin ada yang membantunya sebagai kepala daerah. Tapi jika salah langkah, bisa jadi rakyat Kukar menjadi terbelah.
Meski dia masuk bursa pencalonan Bupati Kukar 2020, Edi ingin memberi pesan jika ia masih menjabat bupati Kukar. Jadi, pilihan pendamping mengisi kekosongan wakil bupati, tidak terkesan melekat pada kubu tertentu.
"Saya ingin, seorang Edi Damansyah ini dimiliki sepenuhnya oleh rakyat. Jangan sampai pilihan yang diambil nanti justru membuat stigma baru yang memecah belah. Mungkin saja karena yang dipilih diklaim dari kelompok tertentu. Itu saja yang saya hindari. Makanya saya tetap mencari jalan terbaik," terang Edi.
Pernyataan Edi, kala itu, seolah melepas sinyal jika dirinya akan memilih calon di luar figur partai politik. Edi juga ingin menyampaikan pesan jika dirinya tak ingin “aji mumpung”. Terlebih lagi melakukan pendekatan dengan partai tertentu dengan barter pengisian jabatan wakil bupati yang menjadi hak prerogatifnya.
“Kalau boleh jujur, hingga detik ini pun saya lebih fokus menyelesaikan tugas saya sebagai bupati, daripada pencalonan yang akan datang. Saya utamakan melayani masyarakat di sisa periode ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Djuremi mengaku tak menyangka diusung sebagai calon wakil bupati. Komunikasinya selama ini dengan Edi hanya tentang membangun Kukar. Terutama dalam beberapa kegiatan kemasyarakatan.
Bersama Edi, Djuremi juga tercatat sebagai pengurus Pramuka di Kukar. Dia pun menyatakan siap membantu Edi untuk melanjutkan program yang telah disusun. “Intinya saya tinggal membantu beliau menyelesaikan program yang ada,” ungkapnya.
Senada dengan Djuremi, Chairil Anwar juga tidak banyak berkomentar. Dia hanya mengatakan, proses pemilihan masih panjang. “Saya siap membantu Pak Edi Damansyah menjadi wakil kepala daerah di Kukar,” jelasnya. (qi/kri/k8)
