SAMARINDA. Provinsi Kalimantan Timur memiliki kurang lebih sebelas Bandara mulai perintis hingga internasional, dua diantaranya merupakan bandara tersibuk dan mengalami peningkatan penumpang.
Wakil Ketua DPRD Kaltim Sigit Wibowo menuturkan seperti Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (APT), Samarinda yang sejak beroperasi terus mengalami peningkatan jumlah penumpang khususnya untuk tujuan Jakarta dan Surabaya.
Ia menilai, komitmen Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam mengelola APT Pranoto dinanti publik Kaltim. Sebab sudah setahun lebih pengelolaan bandara tersebut diserahkan Pemprov Kaltim ke Kemenhub akan tetapi peningkatan navigasi masih terkesan lambat.
Dicontohkannya, seperti pengasangan Air Field Lighting (AFL) yang terdiri dari lampu runway, lampu apron, dan taxiway. Anggaran pemasangan via APBN Perubahan 2019 senilai Rp 12 miliar belum juga mengucur, jadi pengerjaan yang ditargetkan dimulai September menjadi molor.
Pengembangan dimaksud sangat diimpikan masyarakat Kaltim. Apalagi, dengan adanya rencana Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Oleh sebab itu fasilitas bandara yang berada di Kelurahan Sungai Siring, Samarinda Utara itu perlu ditingkatkan.
Selain itu, pemagaran dan penambahan panjang runway dari 2.250 meter menjadi 3.000 meter termasuk lampu runway memang sudah dikoordinasikan dan Kemenhub yang menjanjikan 2020 akan dimaksimalkan.
“Dengan pemindahan IKN ke Kaltim, APT Pranoto sebagai bandara yang melayani penerbangan domestik. Sementara itu, Balikpapan untuk rute internasional. Jadi, memang diperlukan pengembangan agar Bandara APT Pranoto dapat melayani pergerakan pesawat berbadan lebar dan intens. Belum lagi kapasitas terminal tidak lagi memadai saat ini.
Baru setahun beroperasi saja sudah terlewati kapasistasnya. Memang perlu pengembangan. Itu harapan kami dengan diserahkannya asset kepada Kemenhub. Peluang pengembangan Bandara APT Pranoto sangat memadai. Apalagi, didukung lahan yang luasnya mencapai 300 hekatare. Begitu pula pengembangan apron, terminal dan taxiway. Lahan masih sangat memungkinkan,” paparnya.
Pihaknya berharap proses revisi masterplan segera rampung agar bisa dilanjutkan dengan pembuatan Detail Engineering Design (DED). Jadi dikerjakan dengan sistem running bahkan, bisa juga langsung dilanjutkan dengan konstruksi, lahannya sudah matang dan siap dikelola. (prov)