Perginya si Bocah Penurut dan Rajin Itu, karena Ambruknya Atap Sekolah

- Rabu, 6 November 2019 | 09:36 WIB

Selalu berangkat sendiri, sepulang sekolah Irza Almira tak pernah lupa mengerjakan PR. Keluarga tak mau menyalahkan siapa pun atas meninggalnya bocah 8 tahun itu dalam insiden ambruknya atap sekolah.

 

 

FAHRIZAL FIRMANI, Pasuruan, Jawa Pos

 

TAK pernah sekali pun Muhyi mendapati sang keponakan membantah apa yang diperintahkan orang tua. Tiap kali diminta untuk mengerjakan sesuatu, langsung dikerjakan tanpa harus diperintah dua kali.

Irza Almira, nama lengkap sang keponakan, juga disebut Muhyi sangat mandiri. Di usia yang baru 8 tahun, Irza tak pernah rewel. ”Tiap berangkat sekolah, Irza juga selalu berangkat lebih pagi agar tidak terlambat. Jalan kaki sendiri ke sekolah, tidak pernah mau diantar,” tutur Muhyi.

Begitu juga kemarin pagi, saat Irza berangkat ke tempatnya menuntut ilmu, SDN Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Siswi kelas II-B itu berjalan kaki sendiri ke sekolah yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah kedua orang tuanya, Mohammad Zuber dan Ummul Khoiro, tersebut.

Dan, itulah jalan kaki terakhirnya ke sekolah. Bocah malang itu jadi salah satu korban meninggal akibat ambruknya atap sekolah yang terletak di Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo, tersebut.

Kabar yang sangat memukul keluarga besarnya. Ketika jenazahnya dibawa pulang dengan ambulans, seperti disaksikan Jawa Pos Radar Bromo, isak tangis makin keras terdengar. Seusai disalati, jenazahnya langsung dimakamkan di pemakaman umum setempat bakda asar.

”Waktu kami melihat Irza pulang dengan tubuh terbujur kaku, tak terbilang kesedihan kami,” kata Muhyi.

Irza juga dikenal sebagai siswa yang rajin dan pandai. Setiap pulang sekolah, dia langsung mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Seandainya bermain pun, area bermainnya masih sekitar lokasi rumah.

Sebelum Irza meninggal, keluarga sebenarnya sempat mendapat firasat yang kurang baik. Senin malam (4/11) salah seorang anggota keluarga bermimpi, ada tanaman di depan rumah yang hilang.

Keluarga Irza sempat menyampaikan mimpi itu kepada Muhyi. Dan, Muhyi pun merasa waswas. Dia khawatir akan ada musibah yang menimpa. Dan, kekhawatiran itu menjadi kenyataan.

Namun, Muhyi tidak menyangka bahwa ternyata musibah yang datang sangat berat. Sang keponakan meninggal dengan cara mengenaskan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X