Kebutuhan Minyak Terus Membengkak, Capai 2 Juta Barel pada 2025

- Selasa, 5 November 2019 | 14:04 WIB

JAKARTA– Proyeksi kebutuhan minyak pada 2025 sesuai data IPA (Indonesian Petroleum Association) mencapai 2 juta barel jika dibandingkan dengan saat ini sekitar 1,7 juta barel per hari. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan penemuan cadangan migas baru sebanyak 10 kali Lapangan Cepu atau investasi USD 12 miliar.

Direktur IPA Nanang Abdul Manaf menyatakan, Indonesia dianggap masih memiliki daya tarik bagi investor migas global karena terdapat sedikitnya 70 basin yang belum dieksplorasi. ’’Potensi geologis yang sangat besar ini tidak bisa dipisahkan dari sisi komersial dan kebijakan fiskal yang ada sehingga menarik minat investor untuk melakukan eksplorasi,’’ katanya kemarin (4/11).

Nanang menjelaskan, minimnya upaya mencari cadangan migas baru berdampak pada jumlah produksi yang dihasilkan pada masa mendatang. ’’Perlu dipikirkan sejumlah cara agar investor mau melakukan eksplorasi di Indonesia,’’ ujarnya.

Jadi, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan pihak industri untuk peningkatan industri hulu migas. Dia menambahkan bahwa pelaku industri mengharapkan kepastian peraturan (regulatory certainty) dan pengakuan terhadap kesucian kontrak (contract sanctity). Juga, fleksibilitas fiskal dan kebebasan dalam memasarkan produk menurut prinsip business-to-business.

Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong menuturkan, pihaknya menyambut baik adanya kebijakan baru tentang keterbukaan data yang diterbitkan pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kebijakan itu diyakini dapat membantu calon investor pada tahap awal untuk mengetahui ada tidaknya potensi hidrokarbon di suatu wilayah kerja yang ditawarkan pemerintah. ’’Namun, kebijakan ini harus terus disempurnakan, khususnya tentang mekanisme pengelolaan dan kualitas data itu sendiri,’’ ujarnya.

Selain potensi geologis dan keterbukaan data, IPA menyoroti rencana pemerintah untuk mengurangi birokrasi perizinan yang diperlukan dalam kegiatan hulu migas nasional. ’’Penyederhanaan perizinan tidak hanya dilakukan Kementerian ESDM, tapi juga harus terjadi pada kementerian atau lembaga terkait, termasuk pemerintah daerah. Sebab, kegiatan industri hulu migas juga terkait dengan sektor-sektor lain,’’ paparnya.

Kementerian ESDM mencatat, hingga triwulan ketiga 2019, realisasi investasi mencapai USD 19,8 miliar atau sekitar Rp 277 triliun. Kontribusi investasi terbesar berasal dari subsektor migas USD 8,1 miliar. Selanjutnya, subsektor ketenagalistrikan USD 7,4 miliar; mineral dan batu bara USD 3,3 miliar; serta energi baru terbarukan USD 1 miliar. ’’Investasi kami jaga terus agar makin bergairah dan kondusif bagi investor,’’ ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi.

Sebelumnya, 186 perizinan di sektor ESDM dipangkas. Upaya itu akan terus dilanjutkan untuk mempercepat dan mempermudah proses investasi di sektor ESDM. ’’Aspek perizinan, baik kecepatan maupuan birokrasinya, bakal terus dievaluasi sehingga dapat mendorong investasi yang lebih cepat dan memberikan certainty,’’ tutur Agung.

Target investasi sektor ESDM hingga 2019 sekitar USD 33 miliar. Kementerian ESDM beserta stakeholders terus menjaga agar target tercapai. (vir/c14/oki) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X